Ruqayyah binti Rasulillah
Ruqayyah binti Muhammad Rasulillah adalah putri kedua Nabi Muhammad dan istri Usman bin Affan yang mendapat gelar dzatul hijrotain dan Ummu Abdillah. Ia bersama suaminya adalah salah satu anggota delegasi hijrah pertama ke Habasyah atau Ethiopia menyusul tekanan sosial ekonomi kaum kafir Quraisy
Oleh: A. Fatih Syuhud
Ruqoyyah adalah putri Nabi Muhammad dengan istri pertama yaitu Khadijah binti Khuwailid. Ruqayyah merupakan putri kedua Nabi setelah Zainab. Ia lahir di Makkah tujuh tahun sebelum kenabian. Ia menikah dengan Utbah bin Abu Lahab yang merupakan kerabat dekatnya sendiri karena Abu Lahab adalah paman Rasulullah. Saat itu usianya masih kurang dari 10 tahun. Dari pernikahan ini ia tidak dianugerahi anak. Ia baru memperoleh seorang putra yang diberi nama Abdullah dari hasil pernikahannya yang kedua dengan Usman bin Affan. Dari sini ia mendapat julukan kuniyah Ummu Abdillah.[1]
Ketika Nabi diutus menjadi Rasul, Ruqayyah masuk Islam bersama seluruh keluarga yakni ibunya, Khadijah, dan saudara-saudaranya. Sedangkan suaminya tetap kafir. Perkawinan antara Ruqayyah dan Utbah tetap berlangsung sampai turun wahyu Surah Al-Masad yang mencela Abu Lahab dan istrinya. Saat itulah Abu Lahab marah dan memaksa anaknya untuk menceraikan Ruqayyah. Ruqoyyah lalu dipinang oleh Usman bin Affan yang kemudian segera dinikahkan oleh Rasulullah.
Sebagaimana umumnya para assabiqun al-awwalun (kalangan pertama masuk Islam), Ruqayyah dan Usman bin Affan juga mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan dari kaum kafir Quraisy berupa tekanan sosial dan ekonomi yang sangat berat. Untuk itulah, saat Usman berniat untuk hijrah ke Habasyah (sekarang Ethiopia), Nabi meminta Usman agar juga mengajak istrinya. [2] Peristiwa hijrah yang pertama ini terjadi pada tahun 614-615 M.
Setelah dua tahun berada di Ethiopia, terdengar berita bahwa kaum Quraisy Makkah telah masuk Islam hal ini mendorong Ruqayyah dan suaminya, Usman untuk kembali ke Makkah. Sesampai di Makkah ternyata kabar itu bohong adanya. Namun Usman dan Ruqayyah memutuskan untuk tetap tinggal di Makkah.
Pada tahun 620 M, Ruqayyah melahirkan anak laki-laki hasil pernikahannya dengan Usman yang diberi nama Abdullah. Namun usia putra satu-satunya ini tidak lama. Ia meninggal akibat infeksi di matanya yang disebabkan oleh patokan seekor ayam.
Pada tahun 622, Ruqayyah bersama suaminya, Usman, hijrah ke Madinah. Mereka di antara rombongan ketiga yang hijrah ke Madinah. Saat sampai di Madinah, putri dan menantu Rasulullah ini tinggal bersama Abu Talhah bin Tsabit dari suku Banu Najjar sebelum akhirnya suaminya, Usman membeli rumah sendiri. Karena dua kali melakukan hijrah, maka Ruqayyah mendapat julukan dzatul hijrotain (yang punya dua hijrah).
Pada tahun ke-2 hijrah atau 624 M., di usia 22 tahun, Ruqayyah menghembuskan nafas terakhir dan dimakamkan di pemakaman Baqi’, Madinah. Penyebab wafatnya Ruqayyah diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain wafatnya putranya, Abdullah, yang membuatnya selalu bersedih dan itu mengurangi daya tahan tubuhnya sehingga rentan pada berbagai penyakit.
Pada saat sakit parah yang berakibat wafatnya Ruqayyah, perang Badar sedang berkecamuk. Namun, Usman diperintahkan oleh Rasulullah untuk tidak ikut bertempur. Ia diminta Nabi untuk menjaga dan merawat istrinya sampai Ruqoyyah wafat di pangkuan suaminya saat Perang Badar dimenangkan oleh umat Islam. [3]
Dari kisah Ruqayyah putri Rasulullah ini, beberapa hikmah dapat diambil untuk pelajaran hidup kita. Pertama, bahwa Islam adalah pilihan prioritas mengalahkan cinta, harta dan keluarga. Ini berlaku terutama dalam memilih calon pasangan hidup.
Kedua, ujian dan ketidaknyamanan hidup bisa berlaku pada siapa saja termasuk pada kalangan orang yang sangat taat pada agama dan sangat disayang Allah. Artinya, ujian bukan berarti hukuman dan ketaatan pada agama bukan alat untuk menuntut kenyamanan hidup duniawi.
Ketiga, menyayangi istri, menjaga dan merawatnya adalah ibadah yang sangat dianjurkan.[]
CATATAN AKHIR
[1] Kuniyah adalah julukan pada seseorang berdasarkan nama anak pertama dengan tambahan Abu (untuk ayah) atau Ummu (untuk ibu). Oleh karena itu, Ruqoyah dipanggil Ummu Abdillah.
[2] Dalam hadits riwayat Al-Hakim dalam Al-Mustadrak alal Sahihain, 4/50, Nabi bersabda pada Usman, “Ajaklah istrimu bersamamu” اخرج برقية معك
[3] Al-Hakim dalam Al-Mustadrok ala al-Sahihain, 4/51, Ibnu Hajar dalam Al-Isobah fi Tamyiz al-Sohabah, 7/648.