fatihsyuhud.net

Buku A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Abdurrahman bin Auf

abdurrahman bn auf

Abdurrahman bin Auf
Oleh A. Fatih Syuhud

Abdurrahman bin Auf termasuk di antara 10 Sahabat Nabi yang dijamin masuk surga. Nama aslinya adalah Abdul Amr (“hamba Amr”) atau Abdul Haris atau Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam Rasulullah mengganti namanya dengan Abdur Rahman (“hamba Allah yang Maha Pengasih”).

Abdurrohman adalah putra dari pasangan Auf bin Abdu Auf bin Abdul Haris dan Syifa binti Auf bin Abd. Ia lahir pada tahun 43 sebelum hijrah, 10 tahun setelah tahun Gajah atau 581 masehi. Dengan demikian, ia lebih muda 10 tahun dari Nabi Muhammad.

Islamnya Aburrahman terjadi karena pengaruh baik dari Abu Bakar Shiddiq. Abu Bakar sering berbicara pada Abdurrahman tentang Islam. Ketika ia siap untuk menerima Islam, Abu Bakar mengajaknya menemui Nabi yang mendengarkan dan menyaksikan langsung pembacaan syahadahnya. Ini terjadi sebelum umat Islam memasuki Darul Arqam. Itu artinya, Abdurrahman adalah salah satu dari delapan orang yang pertama masuk Islam. Keislamannya bersamaan waktunya dengan saudaranya yang bernama Aswad bin Auf.

Sekedar diketahui Darul Arqom adalah sebuah rumah di Makkah milik Al-Arqam bin Abul Arqam tempat di mana Rasulullah biasa berkumpul bersama para Sahabat yang pertama masuk Islam (assabiqun al-awwalun). Di rumah ini mereka belajar dasar-dasar Islam pada Nabi dan membaca Al-Quran yang diturunkan Allah pada Nabi. Dakwah pada saat ini bersifat rahasia.[1]

Abdurrahman bin Auf termasuk salah satu Sahabat yang kaya raya. Namun hartanya tidak membuatnya menguasainya. Itulah sebabnya ia tetap hidup dengan cara sederhana, tidak konsumtif, tidak bermewahan dan murah hati pada sesama. Kedermawanannya yang terkenal itu membuat penduduk Madinah mempunyai frasa khas tentang dia. Dikatakan: “Semua penduduk Madinah adalah pemilik bersama harta Abdurrahman bin Auf. Sepertiga dihutangkan pada mereka, sepertiga untuk melunasi hutang mereka, dan sepertiganya lagi diberikan pada mereka.”

Pada saat pertama kali hijrah ke Madinah, Abdurrahman adalah seorang miskin yang tidak punya apa-apa. Nabi lalu mempersaudarakannya dengan Saat bin Rabi’. Demgan modal usaha dari Saad bin Rabi’ inilah Abdur Rahman berhasil membangun bisnis sehingga ia menjadi salah satu Sahabat yang sangat sukses secara materi.

Abdurrahman wafat di Syam pada tahun 33 hijriyah atau 653-654 masehi di masa Khalifah Usman bin Affan. Tentang di mana ia dimakamkan ada dua versi. Yang pertama, ia dimakamkan di sebuah bukit di Amman yang saat ini menjadi ibukota Yordania. Menurut versi kedua, ia dimakamkan di pemakaman Baqi’, Madinah bersebelahan dengan makam Usman bin Madz’un. Terlepas dari versi mana yang benar, yang jelas, Khalifah Usman bin Affan yang memimpin langsung ibadah shalat jenazah untuknya.

Ada banyak pelajaran dan teladan dari figur Sahabat Abdurrahman bin Auf. Antara lain, pertama, keyakinan pada kebenaran Islam disebabkan karena pergaulannya dengan Abu Bakar seorang yang dikenal baik, jujur dan bijaksana. Itu artinya, pergaulan akan sangat menentukan dalam membentuk kepribadian dan masa depan. Untuk menjadi orang baik, langkah pertama adalah carilah lingkungan baik. Yang dimaksud lingkungan yang baik tidak hanya terbatas pada manusia, tapi juga mencakup pada bacaan, dan tontonan.

Kedua, menjadi pebisnis sukses yang kaya raya tidak dilarang dalam Islam. Asalkan berusaha dengan cara yang halal, memenuhi kewajiban zakatnya dan tetap menjaga gaya hidup sederhana, maka harta yang banyak justru akan membawa berkah tidak hanya pada diri sendiri tapi juga pada banyak orang lain.

Ketiga, dalam mempertahankan keyakinan dan kebenaran terkadang dibutuhkan pengorbanan dan keberanian seperti yang dilakukan Abdurrahman saat dia meninggalkan kampung halamannya di Makkah menuju Madinah tanpa membawa sedikitpun harta. Termasuk di dalamnya adalah berani untuk berbeda dengan mainstream yang secara jelas melanggar hukum syariah.

Keempat, memberikan nama yang baik pada anak kita itu penting karena di dalamnya terdapat harapan dan doa. []

Catatan Kaki

[1] Beberapa Sahabat terkenal yang biasa ikut pertemuan di Darul Arqam antara lain Abu Bakar, Usman bin Affan, Ali bin Abu Talib, Zaid bin Harisah, Saat bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Ammar bin Yasir, Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarrah, Bilal bin Rabah, Abu Huzaifah bin Uqbah, Mis’ab bin Umair, Said bin Zayd, Abu Dzar Al-Ghifari, Suhaib Al-Rumi, Abdullah bin Mas’ud.

Kembali ke Atas