Rumah Tangga Dewasa
Rumah Tangga Dewasa adalah suami istri yang mengetahui hak dan kewajiban masing-masing dan disiplin melaknakannya. Memang ada kalangan suami istri lupa hak dan kewajibannya.
Oleh A. Fatih Syuhud
Kedewasaan bersikap dalam mengatasi setiap permasalahan merupakan salah satu kunci sukses sebuah rumah tangga yang bahagia. Kedewasaan bersikap tentu saja harus dimiliki oleh kedua belah pihak yang menjadi figur sentral rumah tangga yaitu suami dan istri. Kedewasaan tidak ditentukan oleh usia atau level pendidikan seseorang walaupun kedua faktor ini dapat memberi kontribusi signifikan untuk membuat seseorang bertambah dewasa. Dewasa atau tidaknya seseorang lebih banyak ditentukan oleh watak dasar, lingkungan sosial dan pendidikan khususnya dalam rumah dan kemauan serta komitmen individu terkait untuk bersikap dewasa. Rumah tangga yang dewasa itu sangat penting karena selain demi kelangsungan dan kebahagiaan perkawinan juga karena hal itu akan menular pada sikap dan perilaku anak.
Perilaku dewasa dapat ditengarai dari beberapa hal, pertama, memuji kelebihan dan menapresiasi usaha yang dilakukan pasangan. Istri atau suami yang sudah berusaha untuk tampil menarik baik secara fisik maupun kepribadian tentu patut mendapat pujian dari pasangannya. Begitu juga, setiap usaha yang baik hendaknya selalu disyukuri oleh pasangan. Pujian dan sikap terima kasih tidak harus diucapkan dengan kata-kata, walaupun itu juga perlu, tapi bisa juga diungkapkan dengan cara lain seperti bermuka cerah penuh kehangatan dan memakai bahasa tubuh yang menunjukkan bahwa Anda menyukai apa yang telah dilakukan pasangan. Individu yang suka mengapresiasi akan mudah mendapat apreasiasi balik dari pasangannya. Sebaliknya, sikap kurang bersyukur dan kurang apresiatif, akan membuat pasangan kecewa. Dan ini menjadi titik-titik kecil yang akan memicu konflik yang lebih besar. Pada saat yang sama, hindari kritik. Kalau terpaksa dilakukan, maka lakukan dengan cara yang halus dan momen yang tepat.
Kedua, tidak banyak menuntut. Sikap tidak menghargai pasangan biasanya timbul dari terlalu banyak menuntut. Sehingga berbagai macam usaha positif yang dilakukan pasangannya selalu dianggap kurang dan tidak pernah memuaskan dirinya. Dalam banyak kasus hal ini sering dilakukan oleh pihak istri. Itulah sebabnya sampai Nabi bersabda dalam sebuah hadits riwayat Bukhari: “Aku melihat ke surga, ternyata mayoritas penghuninya adalah orang faqir. Dan aku melihat ke Neraka ternyata mayoritas penghuninya adalah wanita.” Siapa wanita tersebut? Mereka, menurut hadits yang lain, adalah para istri yang tidak pernah bersyukur dan terlalu banyak menuntut pada suaminya. Sehingga seandainya mereka diberi segunung emas pun, akan tetap mengeluh.
Ketiga, saling memberi. Masing-masing suami dan istri harus memiliki komitmen dan niat yang besar untuk saling memberi. Bukan saling menerima. Keinginan untuk saling memberi akan membuat kedua pihak akan berlomba-lomba untuk memberi kontribusi sebanyak mungkin pada keutuhan, kebahagiaan dan kesejahteraan rumah tangga; termasuk berkontribusi pada suksesnya pendidikan anak.
Keempat, saling mengalah. Termasuk pengertian saling mengalah adalah kemauan untuk saling berkorban ego. Ini termasuk pengorbanan yang sangat berat terutama bagi yang sudah terbiasa hidup dimanja oleh lingkungannya. Berkorban ego adalah kesediaan untuk mengalah dan kelapangan untuk meminta maaf apabila melakukan kesalahan. Terjadinya konflik, pertengkaran dan perceraian sering disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengalah dan meminta maaf dari kedua belah pihak.
Kelima, jadikan Islam sebagai petunjuk yang membimbing hidup rumah tangga. Salah satu cara untuk memperdalam Islam adalah dengan meminta bimbingan pada mereka yang ahli di bidang Islam. Teruslah berkonsultasi pada ulama baik saat normal atau ketika mengalami kesulitan dalam rumah tangga. Allah berfirman dalam QS An-Nahl 16:43 “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”[]