Buku A. Fatih Syuhud

Visi, pemikiran dan karya tulis A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Rumah Tangga Agamis (3): Akhlak Mulia

Rumah Tangga Agamis (3): Akhlak Mulia
Oleh A. Fatih Syuhud

Syarat ketiga sebuah rumah tangga disebut agamis adalah apabila dalam sebuah keluarga memiliki akhlak mulia (husnul khuluq) atau berbudi pekerti yang luhur. Seorang muslim yang taat syariah dan berilmu agama belum menjamin memiliki akhlak yang baik. Pribadi dengan akhlak yang baik akan sangat terasa di mata manusia yang lain. Karena kepribadian seperti itu akan tampak jelas dan terpancar dalam kehidupan kesehariannya. Ia pribadi dihormati dan disegani; sosok yang dicintai dan dirindukan. Individu yang dibutuhkan dan diidolakan. Orang merasa senang berkumpul dengannya dan merasa senang membantunya atau memercayakan sesuatu amanah padanya.

Kepribadian berakhlak mulia timbul dari dalam jiwa yang terpancar dalam perilaku kesehariannya. Itulah sebabnya ulama menyebutnya sebagai al-akhlak ar-ruhiyah (akhlak jiwa). Husnul khuluq harus menjadi salah satu ciri khas dari sebuah keluarga yang agamis karena ia bagian dari ajaran Islam. Rasulullah bersabda: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”[1] (Hadits sahih riwayat Ahmad dan Hakim). Rasulullah pernah ditanya tentang faktor utama yang menyebabkan seseorang masuk surga. Nabi menjawab: “Takwa pada Allah dan husnul khuluq.” (Hadits sahih riwayat Tirmidzi).[2] Rasulullah bahkan menyatakan bahwa akhlak yang baik akan menjadi amal terberat (terbesar) kelak di hari kiamat.[3]

Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin (3/72) memuat beberapa ciri khas dari karakter orang yang berperilaku husnul khuluq sebagai berikut: Sangat pemalu (untuk melakukan perkara buruk), jarang menyakiti, banyak berbuat kebaikan, jujur ucapannya, sedikit bicara (yang tidak baik), banyak berbuat, tidak berlebihan, selalu bersyukur, pemaaf, dapat membawa diri, menjaga martabat, penolong, tidak suka mencaci, tidak menuduh, tidak mengadu domba, tidak memfitnah, tidak terburu-buru, tidak dengki, cinta karena Allah dan marah karena Allah.

Akhlak mulia pada dasarnya tersimpul dalam lima karakter berkualitas, pertama, hikmah atau bijaksana. Bijaksana atau arif adalah kualitas sikap terpuji yang timbul dari kemampuan belajar dari pengalaman, pengetahuan dan kebenaran dalam menilai sesuatu dan memutuskan dengan tepat.

Kedua, berani. Berani adalah kesiapan mental dalam menghadapi bahaya dan sabar menahan derita serta selalu menunjukkan sikap optimisme dan semangat tinggi dalam segala situasi dan kondisi. Inilah hakikat dari sifat seorang pemberani. Jadi, berani tidak identik dengan berani berkelahi.

Ketiga, adil. Yaitu selalu memakai standar kebenaran dalam menilai, menghukumi atau memutuskan sesuatu. Baik itu kebenaran agama maupun kebenaran etika sosial universal. Termasuk dalam menilai diri sendiri, keluarga, suku maupun orang atau kelompok lain.

Keempat, integritas. Yaitu kualitas perilaku yang memiliki komitmen kuat untuk jujur dan memiliki prinsip moral yang kuat dan berstandar tinggi. Baik standar agama atau etika sosial. Dalam bahasa tasawuf, ia disebut dengan wara’. Menurut Al-Jurjani dalam At-Takrifat wara’ adalah menjauhi perkara syubhat agar tidak jatuh pada perkara haram. Dengan kata lain, sesuatu yang secara fiqih “halal” pun akan dijauhi kalau itu dapat berpotensi melakukan perkara haram, termasuk menjauhi hal yang ditabukan atau pamali dalam etika masyarakat.

Kelima, hidup sederhana. Karena hidup sederhana adalah awal dari kebajikan pada diri sendiri dan sesama. Baik bagi orang kaya atau miskin.

Akhlak mulia yang dimiliki oleh suami sebagai kepala rumah tangga akan menular pada istri dan anak. Keluarga yang berakhlak mulia adalah impian, harapan dan idealisme yang harus menjadi keinginan semua keluarga muslim untuk mencapainya.[]

FOOTNOTE

[1] إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
[2] سئل رسول الله – صلى الله عليه وسلم – عن أكثر ما يدخل الناس الجنة؟ فقال: (تقوى الله وحسن الخلق
[3] Berdasar pada hadits hasan sahih riwayat Tirmidzi sebagai berikut: ما من شيء أثقل في ميزان المؤمن من خلق حسن، وإن الله ليبغض الفاحش البذيء

Rumah Tangga Agamis (3): Akhlak Mulia
Kembali ke Atas