Pendidikan Santri
Pendidikan Santri
Oleh A. Fatih Syuhud
Pesantren merupakan tempat pendidikan yang paling ideal bagi anak dan remaja. Karena, di pesantren anak tidak hanya belajar ilmu agama dan umum, tapi juga belajar etika dan akhlakul karimah serta keterampilan. Semuanya dalam satu paket. Dan yang tak kalah pentingnya adalah sistem pendidikan di pesantren dilakukan selama 24 jam setiap harinya.
Di tengah murahnya teknologi informasi seperti hanphone (hp) yang menjangkau kalangan pedesaan dengan dampak negatifnya pada pergaulan bebas yang meluas di kalangan remaja, maka pesantren menjadi harapan satu-satunya para orang tua yang menginginkan anaknya dapat melanjutkan pendidikan dengan tenang tanpa terpolusi oleh lingkungan yang kurang kondusif. Karena, apapun keinginan dan harapan orang tua terhadap masa depan anaknya akan sulit tercapai apabila ada faktor x yang menginterupsi kelancaran usaha yang ditempuh.
Dalam konteks kehidupan remaja, faktor pengganggu ini dapat dikategorikan dalam dua tipe. Yaitu, pergaulan yang tidak kondusif dan pengaruh negatif teknologi seperti handpone dan game. Dua macam penyakit proses kegiatan belajar mengajar ini menjadi salah satu perhatian pokok di pesantren. Di pesantren, umumnya teknologi yang tidak memiliki manfaat sama sekali, seperti game, total dilarang.
Lingkungan pergaulan yang kondusif untuk fokusnya konsentrasi anak juga diberlakukan di pesantren, khususnya Al-Khoirot. Seperti segregasi atau pemisahan putra-putri dalam seluruh aktivitas belajarnya. Mulai dari madrasah diniyah, sekolah formal dan pengajian kitab. Hal ini dilakukan selain sebagai anjuran syariah juga sebagai pelatihan untuk mentradisikan kebiasaan positif. Karena pada umumnya, manusia memiliki kakakter yang berimbang antara kecenderungan berbuat baik dan keinginan berbuat buruk. Oleh karena itu, lingkungan yang baik mutlak diperlukan untuk terciptanya anak yang baik. Dan pesantren umumnya adalah tempat yang memang dibangun untuk menciptakan suasana yang mendukung pendidikan di segala bidang. Baik itu pendidikan keilmuan maupun pendidikan akhlak.
Namun demikian, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi orang tua santri agar pendidikan anaknya selama mondok di pesantren berhasil. Pertama, pendidikan harus dimulai dari rumah. Jauh sebelum anak belajar di pesantren. Yakni, sejak anak baru lahir, orang tua harus memberikan suasana dan lingkungan yang baik bagi anaknya. Pendidikan di rumah yang utama ada dua yaitu (a) contoh yang baik (uswah hasanah) dari orang tua dan lingkungan terdekat; dan (b) sanksi dan penghargaan. Hargai kebaikan anak dengan hadiah yang mendidik, seperti pujian, dan hukum kenakalan anak dengan sanksi yang juga mendidik (bukan dengan kekerasan). Poin (b) ini sangat penting. Konsistensi atau tidaknya dalam memberlakukan poin (b) akan berpengaruh besar pada perilaku anak ke depan.
Kedua, setelah anak mulai belajar di pesantren orang tua hendaknya membantu program pesantren dengan (a) tetap intensif mendidik dan mengawasi anak saat anak berada di rumah; (b) tidak meminta anak pulang untuk keperluan yang tidak penting; (c) tidak menengok anak saat mereka sedang dalam aktivitas belajar; (d) selalu mengingatkan anak agar taat pada peraturan pesantren baik saat berada di pondok maupun ketika di rumah.
Ketiga, melatih anak untuk hidup sederhana. Hidup sederhana adalah hidup yang tidak konsumtif yaitu tidak membeli sesuatu atau mengeluarkan uang kecuali karena memang dianggap sangat perlu dan ada manfaatnya. Hidup sederhana adalah salah satu kunci kebaikan perilaku. Karena hidup sederhana erat kaitannya dengan kontrol diri (self-control). Saat kita mampu mengontrol diri untuk tidak membeli apa yang diinginkan, kecuali yang bermanfaat, maka kita akan mampu mengontrol diri untuk selalu melakukan yang terbaik dan menjauhi perilaku tidak terpuji. Allah berfirman, bahwa kerusakan dimulai dari orang kaya yang hidup boros dan bermewah-mewahan (QS Al Isra’ 17:16 ). Karena itu memang pangkal dari berbagai macam kejahatan termasuk kesenjangan sosial yang akan berujung pada kejahatan yang lain.[]