Minta Maaf dan Memaafkan
Minta Maaf dan Memaafkan
Oleh A. Fatih Syuhud
Pasangan suami-istri yang harmonis sekalipun tidak akan luput dari kesalahan. Itu wajar dan manusiawi. Yang terpenting adalah yang merasa bersalah memiliki rasa sensitivitas untuk mengakui kesalahannya, dan memiliki niat dan komitmen untuk meminta maaf pada pasangannya. Meminta maaf itu indah kendati terasa sulit terutama bagi mereka yang tidak terbiasa dan memiliki ego tinggi.
Namun apabila sikap meminta maaf ini dijadikan kebiasaan, maka ia akan menjadi mata air yang menyejukkan dalam kehidupan sebuah rumah tangga. Karena di dalam perilaku meminta maaf itu terkandung banyak karakter kepribadian yang sangat positif seperti rendah hati, mengakui kesalahan, menerima tanggung jawab atas kekeliruan yang dilakukan, tidah mudah menyalahkan orang lain. Sifat-sifat positif ini tidak hanya akan membuat Anda disukai oleh pasangan, tapi juga akan disayang, dikagumi dan disegani oleh orang-orang di sekitar Anda. Hal yang perlu disadari adalah bahwa meminta maaf itu adalah kekuatan bukan kelemahan. Sebaliknya, keengganan meminta maaf adalah kelemahan yang fatal.
Meminta maaf yang umum adalah ungkapan secara lisan seperti “Maaf, saya salah”. Namun, kalau Anda sulit meminta maaf dengan cara tersebut Anda dapat memakai salah satu cara ungkapan minta maaf ala Gary D. Chapman. Gary D. Chapman dan Jennifer M. Thmas dalam bukunya The Five Languages of Apology: How to Experience Healing in All Your Relationships (Northfield Publishing:2006) menulis bahwa ada lima bahasa dan cara ekspresi permintaan maaf pada pasangan yang ringkasannya sebagai berikut:
Pertama, mengungkapkan penyesalan. Sebutkan perilaku-perilaku Anda yang menyakitkan pasangan. Tampakkan penyesalan mendalam. Dan ungkapkan permintaan maaf secara lisan. Kalau perlu tanyakan juga apakah ada kesalahan lain yang mungkin Anda lupa.
Kedua, menerima tanggung jawab. Sebut kesalahan yang Anda lakukan dan menerimanya sebagai kesalahan (tanpa meminta maaf). Adalah lebih mudah mengatakan “Kamu benar” daripada “Saya salah”, walaupun uangkapan yang terakhir lebih baik.
Ketiga, Perbaiki Kesalahan: Apa yang Bisa Aku Lakukan? Ketika meminta maaf, jangan hanya mengekspresikan penyesalan saja. Tunjukkan juga kalau Anda memang ingin memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan.
Keempat, Penyesalan: Aku tidak akan mengulanginya lagi Penyesalan di sini berarti Anda benar-benar menunjukkan kalau sikap yang Anda lakukan tersebut tidak akan diulangi lagi. Kalau memang sikap atau perkataan Anda menyebabkan masalah, terlibatlah dalam mencari solusi untuk mengatasinya. Jangan mencari alasan atas kesalahan Anda misalnya dengan mengatakan, ‘aku baru saja melalui hari yang buruk’. Berikan solusi bagaimana agar apa yang Anda lakukan itu tak terulang lagi di masa depan.
Kelima, minta Dimaafkan: Apakah kamu mau memaafkanku? Saat mengajukan permintaan maaf dan berdamai, Anda harus bersabar. Pasangan bisa saja butuh waktu atau klarifikasi lebih jelas, meski Anda sudah menunjukkan empat tahapan sebelumnya.
Apapun cara ekspresi meminta maaf yang Anda lakukan adalah baik asal dilakukan dengan hati tulus untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan serta untuk melatih diri sendiri. Saya ingin menambahkan bahwa permintaan maaf secara lisan akan lebih baik apabila dibarengi dengan jabat tangan karena sabda Rasulullah dalam sebuah hadits bersalaman akan menghilangkan rasa marah, benci dan dengki dari hati.
Kalau sudah meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan, maka menjadi tugas pasangannya untuk memaafkan.[]