Kriteria Calon Istri
Kriteria Calon Istri
Oleh A. Fatih Syuhud
Secara faktual seorang pria yang sedang memilih calon istri dambaan umumnya dipengaruhi dua pertimbangan. Yaitu, pertimbangan pribadi dan pertimbangan calon anak. Umpamanya, yang ingin mempunyai anak tampan dan cantik, cenderung memilih istri yang memiliki tampilan fisik sempurna. Yang ingin mempunyai anak cerdas akan mencari istri yang ber-IQ tinggi. Yang ingin memiliki anak salih akan mencari istri yang salihah, dan seterusnya. Tentu saja kalau memungkinkan ingin memilih semuanya. Tetapi manusia mempunyai sejumlah keterbatasan dan karena itu harus melakukan kompromi dalam melakukan pilihan.
Memilih calon istri berdasarkan calon anak yang diinginkan memang bukan prioritas utama bagi kebanyakan pria. Namun, hal itu perlu menjadi pertimbangan yang tidak kalah pentingny karena kesalahan memilih calon istri akan berakibat fatal pada calon anak kita. Misalnya, istri yang ber-IQ rendah dapat menular pada anak. Memiliki anak yang bodoh tentunya bukan harapan kita, bukan?
Menurut pakar biologi genetika karakter genetika berikut akan menular pada anak. Pertama, karakter fisik yang dimiliki anak merupakan turunan dari orang tua. Termasuk tinggi badan, jenis rambut (kriting atau lurus) bahkan tahi lalat.
Kedua, masalah medis dan kesehatan. Tidak semua masalah medis menurun ke anak, tetapi kebanyakan dapat menurun. Seperti penyakit jantung, astma, alergi, dan lain-lain. Kendatipun begitu, sistem kekebalan tubuh, faktor lingkungan, pola makan, kecelakaan dan faktor eksternal lain juga memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan seseorang.
Ketiga, problema genetika seperti sickle cell anemia, muscular dystrophy dan cystic fibrosis dapat menurun pada anak. Namun demikian, suatu penyakit genetika dapat menurun pada anak apabila kedua orang tua mengidap problema genetika tersebut.
Keempat, kecerdasan. Walaupun para ahli sepakat bahwa kecerdasan tidak hanya dipengaruhi oleh keturunan, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa manusia yang berasal dari satu keluarga cenderung memiliki nilai kecerdasan yang tidak berbeda jauh antara satu dengan yang lain. Itu artinya, bahwa pada level tertentu, kecerdasan adalah bawaan lahir. Selebihnya tinggi rendah kecerdasan banyak juga dipengaruhi oleh nutrisi dan lingkungan. Seperti kebiasaan membaca dapat meningkatkan kecerdasan.
Selain keempat faktor turunan di atas yang merupakan bawaan lahir seorang anak, faktor kelima yang juga tak kalah pentingnya dalam memengaruhi masa depan anak adalah lingkungan dalam rumah. Di sinilah pentingnya mengapa seorang pria muslim harus mencari istri yang salihah yaitu seorang wanita yang memiliki ketaatan inheren terhadap Islam dan memiliki wawasan yang cukup dalam hal parenting (pengasuhan anak) .
Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan agar seorang muslim hendaknya mencari istri yang agamis agar ia beruntung. Beruntung bukan hanya dalam arti akan terjadi keharmonisan hubungan suami-istri, tapi juga beruntung karena istri religius akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak untuk dapat berkembang dengan sehat, salih, cerdas dan tumbuh sesuai potensi maksimal dirinya.
Tentu saja, hidup ini bersifat resiprokal. Take and give. Menerima dan memberi. Jangan mengharap istri salihah, cerdas dan sehat, kalau diri sendiri tidak memiliki kriteria tersebut. Memulai dari diri sendiri adalah langkah yang tepat, baru kemudian mengharapkan orang lain, yakni calon istri kita, memiliki kualitas yang sama.[]