fatihsyuhud.net

Buku A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Islam Ideal dan Realitas Umat

islam ideal dan relatias umat

Islam Ideal dan Realitas Umat.
Oleh A. Fatih Syuhud

لا تباغضوا ولا تحاسدوا ولا تدابروا وكونوا عباد الله إخوانا ولا يحل لمسلم أن يحجر أخاه فوق ثلاثة أيام رواه البخاري

Artinya: Janganlah kalian membenci, saling dengki, dan saling bermusuhan karena semua hamba Allah adalah bersaudara. Dan tidak halal bagi seorang muslim tidak saling bertegur sapa lebih dari tiga hari.

Visi utama Islam sebagai agama dan sebagai konsep tatanan sosial ideal adalah untuk menjadi rahmat atau berkah bagi seluruh alam (QS Al-Anbiya’ 107). Keluruhan konsep nilai Islam yang tak tertandingi oleh konsep-konsep tatanan sosial buatan manusia seperti sosialisme, komunisme, dan kapitalisme diakui oleh banyak kalangan yang sebelumnya menjadi pendukung fanatik ketiga aliran tersebut. Jeffrey Lang, seorang mantan penganut Atheisme, dalam bukunya Struggling to Surrender menegaskan hal ini.

Kalau ajaran Islam begitu luhur, mulia dan tinggi nilai kebenarannya dan Al-Quran dianggap sebagai kitab suci terbaik sepanjang masa bahkan oleh kalangan non muslim, maka semestinya sebagai penganut dari ajaran Islam menjadi umat terbaik di berbagai bidang. Sayang kenyataannya tidak demikian.

Konflik antar umat, saling membenci, saling hujat dan mendengki antar sesama muslim, bahkan saling bunuh antar golongan yang berbeda aliran masih menjadi kenyataan dan kejadian sehari-hari; walupun jelas dan tegas tersurat dalam hadits sahih di atas bahwa semua itu merupakan pelanggaran besar pada ajaran Islam.

Kejujuran dan sikap amanah merupakan perintah Allah yang harus menjadi bagian tak terpisahkan dari perilaku keseharian seorang muslim (QS Al-Baqarah 2:283), namun kenyataan membuktikan sebaliknya: negara yang mayoritas muslim seperti Indonesia justru dikenal sebagai negara nomor 1 paling korup di dunia.

Negara yang mengklaim dirinya sebagai negara Islam dan undang-undangnya berdasarkan negara Islam seperti Pakistan justru menjadi salah satu negara yang paling tidak aman di dunia. Sunni – Syiah yang saling berbunuh-bunuhan, pembunuhan antargolongan antar kelompok Sunni sendiri seperti terbunuhnya Benazir Bhutto, seorang muslim Sunni, baru-baru ini yang konon dilakukan oleh kalangan Sunni juga.

Semua itu membawa kesan yang beragam di kalangan nonmuslim. Bagi nonmuslim yang memahami inti ajaran Islam (Quran dan Sunnah), mereka berkesimpulan bahwa “Islam adalah agama terbaik, namun umat Islam adalah penganut agama terburuk.”

Bagi yang sama sekali tidak tahu Islam, mereka berkesimpulan bahwa “kalau umat Islam berperilaku begitu tidak beradab, tentunya itu karena ajaran Islam yang mengajarkan demikian.”

Semua kesan buruk di atas disebabkan oleh satu hal: kita mengaku seorang muslim hanya sebatas sebagai simbol identitas, sama halnya ketika kita mengidentifikasi diri sebagai orang Jawa atau Madura.

Islam tidak lagi kita anggap sebagai pemandu kehidupan (way of life) perilku keseharian kita. Islam hanya kita pakai ketika kata ini akan menguntungkan kita secara materi. Kita mungkin masih melakukan shalat, naik haji, menghadiri acara pengajian, dan lain-lain; namun inti ajaran Islam yang harus menjadi bagian urat nadi kita, seperti kejujuran, amanah, kerja keras, bersifat toleran, dan lain-lain sama sekali kita lupakan.

Agama bagi sebagian umat Islam saat ini hanya diamalkan di masjid saat shalat. Tapi kita tidak berperilaku agamis saat kita di kantor, saat kita mendapat kepercayaan, saat kita menyikapi perbedaan, saat kita mendidik anak istri kita.

Tidaklah kita berfikir, bahwa sudah saatnya kita untuk berislam yang sebenarnya. Islam yang selalu kita bawa kemanapun kita pergi; sehingga perilaku kita mencerahkan orang di sekitar kita; mencerahkan alam; dan memberkahi bumi?[]

Kembali ke Atas