fatihsyuhud.net

Buku A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Ziarah Kubur

ziarah kubur

ziarah kubur
Ziarah Kubur (1): Dalil dasar boleh dan sunnahnya ziarah kubur
Ziyarah kubur adalah kegiatan spiritual dengan cara mengunjungi makam kerabat, leluhur, Rasulullah, para Nabi, para ulama, para wali dan makam orang saleh. Tujuannya antara lain untuk mengingat mati, ingat akhirat, melembutkan hati dan tidak terlena pada gemerlapnya tipu daya duniawi. Hukum ziarah kubur adalah sunnah dan boleh bagi laki-laki dan perempuan.
Oleh: A. Fatih Syuhud

Ziarah kubur adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh umat Islam Indonesia sejak lama. Secara berkala sebagian muslim di Indonesia melakukan ziarah kubur. Baik ke makam leluhur mereka atau makam para wali, ulama, kyai dan orang saleh. Ziarah kubur ke makam leluhur biasanya diadakan setiap malam Jumat legi atau minimal setiap menjelang Ramadhan dan setelah pelaksanaan shalat hari raya Idul Fitri. Sementara ziarah ke makam Wali Songo dan para wali yang lain saat ini bahkan sudah menjadi wisata religi  yang menjadi salah satu bentuk bisnis kalangan agen perjalanan. Sebenarnya, apa hukum ziarah kubur itu sendiri menurut syariah Islam?

Dalil Dasar Ziarah Kubur 

Ziarah kubur pada awal Islam dibolehkan berdasarkan pada tradisi sebelumnya di mana orang Arab Makkah biasa berziarah kubur dan mengunjungi leluhur mereka. Lalu, datang larangan ziarah kubur secara mutlak. Setelah itu, larangan itu dicabut oleh Nabi berdasarkan pada hadits sahih, “Aku dulu melarang kalian berziarah kubur, (sekarang) ziarahlah.”[1]

Dalam hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah Nabi bersabda, “Ziarahlah ke makam karena itu akan mengingatkan mati.”[2] Dalam hadits riwayat Ahmad Nabi bersabda, “Aku dulu melarang kalian berziarah kubur (sekarang) ziarahlah dan jangan kalian berkata batil.”[3] Dalam hadits riwayat Nasai Nabi bersabda, “Aku telah melarang kalian berziarah kubur. (Sekarang) barang siapa hendak berziarah, maka lakukanlah. Dan janganlah kalian mengeluarkan ucapan batil.”[4]  Dalam hadits riwayat Ibnu Majah Nabi bersabda: ” Dalam hadits riwayat Al-Hakim Nabi bersabda: “Dahulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang berziarah lah. Karena ziarah kubur itu melembutkan hati, mengalirkan air mata dan mengingatkan akhirat. Dan janganlah kalian berkata buruk.”[5]

Tujuan dan Manfaat Ziarah Kubur

Hadits-hadits di atas, selain menjadi dalil atas bolehnya berziarah kubur juga menunjukkan tujuan dan manfaat dari ziarah kubur antara lain: mengingat mati, mengingat akhirat, melembutkan hati, mengambil pelajaran dari sejarah yang mati, mendoakan mayit dan mengontrol hati agar tidak terlena dengan gemerlap duniawi.

Orang yang ingat mati dan ingat akhirat akan memiliki kesadaran penuh bahwa apa yang dilakukannya di dunia bersifat sementara. Kenyamanan yang dinikmatinya tidak membuat dia lupa pada kewajiban syariah. Sebaliknya, kesulitan yang ia derita tidak membuatnya putus asa karena ada kehidupan lain yang lebih baik pada hari penghitungan kelak.

Pandangan Ulama Ahli Hadits

Selain sejumlah hadits yang mendorong orang untuk ziarah kubur, ada juga hadits yang melarangnya. Terutama, bagi peziarah perempuan. Hadits itu berasal dari Ibnu Abbas di mana Rasulullah bersabda, “Allah melaknat wanita yang berziarah kubur.”[6] Dalam menyikapi hadits ini, kalangan muhaddits (ulama ahli hadits) memiliki beberapa pendapat yang berbeda terkait status fiqihnya.

Al-Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi menyatakan: “Abu Isa berkata bahwa hadits dari Buraidah ini adalah hadits hasan dan sahih. Mengamalkan isi hadits dengan melakukan ziarah kubur menurut para ulama tidak apa-apa. Ini adalah pendapat Ibnul Mubarak, Imam Syafi’i, Ahmad dan Ishaq. Sebagian ulama berpendapat bahwa larangan dalam hadits ini terjadi sebelum adanya dispensasi bolehnya ziarah kubur. Ketika Rasulullah memberi rukhsoh (keringanan), maka termasuk di dalamnya laki-laki dan perempuan.”[7]

Menyikapi pendapat ini, Al-Mubarakpuri dalam Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan Tirmidzi menyatakan: Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: Ini adalah pendapat mayoritas ulama. Hukum ini apabila aman dari fitnah. Kebolehan bagi wanita ini diperkuat dengan hadits dari Anas ia berkata ‘Nabi pernah lewat dan bertemu wanita yang sedang menangis di samping kuburan.’ Lalu Nabi bersabda, ‘Takutlah pada Allah dan sabarlah..’ Dalam hadits ini Nabi tidak mengingkari keberadaan perempuan tersebut di samping kubur. Penetapan Nabi bisa menjadi hujjah (dalil hukum) atas bolehnya ziarah kubur bagi laki-laki dan perempuan. Termasuk bolehnya ziarah kubur bagi pria dan wanita adalah hadits dari Aisyah riwayat Al-Hakim dari Ibnu Mulaikah bahwa Aisyah berziarah ke makam saudaranya Abdurrahman. Lalu ada yang bertanya pada Aisyah, “Tidakkah Rasulullah telah melarang hal itu?” Aisyah menjawab: “Iya, Nabi dulu melarang, lalu (sekarang) memerintahkan untuk ziarah kubur.”[8]

Kebolehan ziarah kubur bagi perempuan ini juga diperkuat oleh hadits riwayat Muslim dari Aisyah. Aisyah berkata: “Apa yang akan saya ucapkan saat ziarah kubur Wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Katakan: Keselamatan semoga tetap dilimpahkan pada Ahli Kubur orang mukmin dan muslim.”[9] Namun, ada sebagian ulama ahli hadits yang memahami hadits dari Ibnu Abbas di atas[10] itu secara tekstual apa adanya tanpa melihat konteks sejarah dan tanpa mengaitkannya dengan hadits lain yang justru memotivasi ziarah kubur. Dari kalangan ini, mereka menghukumi makruh ziarah kubur bagi perempuan.[11] Bahkan sebagian ulama menyatakan haram. Ini adalah salah satu pendapat dalam madzhab Hanafi dan Maliki Juga pendapat madzhab Hanbali dalam salah satu riwayat dan menjadi pendapat pilihan dari Ibnu Taimiyah.[12]

Ziarah ke Makam Nabi, Sahabat, dan Para Wali Sunnah secara Mutlak

Perbedaan pendapat tentang boleh atau makruhnya ziarah kubur bagi wanita itu berlaku bagi makam orang biasa. Adapun berziarah ke makam Rasulullah, para Nabi, para Sahabat dan para Wali  maka hukumnya sunnah secara mutlak bagi laki-laki dan perempuan. Qolyubi dalam Hasyiyah Al-Qolyubi, menyatakan: “Sunnah bagi perempuan sebagaimana laki-laki menziarahi makam Nabi Muhammad karena hal itu termasuk ibadah paling agung. Begitu juga ziarah ke makam para Nabi dan para wali sebagaimana dikatakan oleh guru kami Al-Ramli.”[13]

Al-Khatib Al-Syarbini dalam Mughni Al-Muhtaj menyatakan: “Letak perbedaan pendapat ini bagi selain ziarah kubur ke makam Rasulullah. Adapun ziarah ke makam Rasul itu termasuk dari salah satu ibadah yang besar pahalanya bagi laki-laki dan perempuan.”[14]

Ucapan Salam pada Mayit

Sunnah hukumnya mengucapkan salam saat kita baru saja sampai suatu makam untuk berziarah.  Beberapa beberapa ucapan salam pada ahli kubur. Semuanya berdasarkan tuntunan Nabi:


السلام على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين ويرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين وإنا إن شاء الله بكم لاحقون

Artinya: Keselamatan semua pada ahli kubur yang mukmin dan muslim. Dan semoga Allah merahmati yang terdahulu dan yang akhir. Kami insyaAllah akan bertemu dengan kalian.[15]


السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين وإنا إن شاء الله لاحقون أسأل الله لنا ولكم العافية

Artinya: Keselamatan bagi kalian wahai ahli kubur yang mukmin dan muslim. InsyaAllah kami akan bertemu kalian. Aku memohon pengampunan pada Allah untuk kami dan kalian.[16][]

Footnote

[1] Hadits riwayat Muslim dari Buraidah dalam Sahih Muslim, “Kitab Al-Janaiz”, hlm. 2/272; riwayat Nasai dalam Al-Sunan, “Kitab Al-Janaiz wa Tamanni Al-Maut”, hlm. 2/653-4; riwayat Malik dalam Al-Muwatta, “Kitab Al-Dhahayat”, hlm. 2/485. Teks asal: إنِّيْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ القُبُورِ فَزُوْرُوْهَا

[2] Hadits marfu riwayat Muslim dari Abu Hurairah. Teks asal: زُوْرُوْا القُبُوْرَ فَإنَّهَا تُذَكِّرُ المَوْتَ

[3] Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad dari Buraidah Al-Aslami. Hadits ini sahih menurut pentahqiq sanad, lihat,  Syuaib Al-Arnaut, hlm. 17/429. Teks asal: كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها ولا تقولوا هجرا

[4] Hadits riwayat Nasai dalam Sunan An-Nasai, “Kitab Al-Janaiz: Bab Ziyarah Al-Qubur”. Teks asal: ونهيتكم عن زيارة القبور فمن أراد أن يزور فليزر ولا تقولوا هجرا

[5] Hadits riwayat Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, “Kitab Al-Janaiz”. Teks asal: كنت نهيتكم عن زيارة القبور، ألا فزوروها، فإنه يرق القلب، وتدمع العين، وتذكر الآخرة، ولا تقولوا هجرا

[6] Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad, hlm. 1/229; Sunan Abu Dawud, “Kitab Al-Janaiz: Bab fi Ziyarah Al-Qubur”, hlm. 4/95; Sunan Tirmidzi dalam “Al-Shalat: Bab Karahati an-Yuttakhadza ala Al-Qabri Masjidan.” Menurut Tirmidzi hadits ini hasan. Teks asal: عن ابن عباس قال لعن رسول الله صلى الله عليه و سلم  زوارات القبور

[7] Tirmidzi dalam Sunan Al-Tirmidzi, “Kitab Al-Janaiz: Bab Ma Ja’a fi Karahiyati Ziyarat Al-Qubur li An-Nisa”, hlm. 3/371. Teks asal:

قال أبو عيسى حديث بريدة حديث حسن صحيح والعمل على هذا عند أهل العلم لا يرون بزيارة القبور بأسا وهو قول ابن المبارك والشافعي وأحمد وإسحق وقد رأى بعض أهل العلم أن هذا كان قبل أن يرخص النبي صلى الله عليه وسلم في زيارة القبور فلما رخص دخل في رخصته الرجال والنساء وقال بعضهم إنما كره زيارة القبور للنساء لقلة صبرهن وكثرة جزعهن

[8] Al-Mubarakpuri dalam Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan Tirmidzi, hlm. 4/137 . Lihat juga, Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari bi Syarhi Al-Bukhari, “Kitab Al-Janaiz: Bab Ziyarat Al-Qubur”, hlm. 3/148. Teks asal: ( فلما رخص دخل في رخصته الرجال والنساء ) قال الحافظ ابن حجر : وهو قول الأكثر ومحله ما إذا أمنت الفتنة ، ويؤيد الجواز حديث أنس قال مر النبي صلى الله عليه وسلم بامرأة تبكي عند قبر فقال : اتقي الله واصبري إلخ . فإنه صلى الله عليه وسلم لم ينكر على المرأة قعودها عند القبر ، وتقريره حجة ، وممن حمل الإذن على عمومه للرجال والنساء عائشة رضي الله عنها فروى الحاكم من طريق ابن أبي مليكة أنها زارت قبر أخيها عبد الرحمن ، فقيل لها : أليس قد نهى النبي صلى الله عليه وسلم عن ذلك ؟ قالت : نعم كان نهى ، ثم أمر بزيارتها . انتهى

[9] Al-Mubarakpuri dalam Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan Tirmidzi, hlm. 4/137. Teks asal: ويؤيد الجواز ما رواه مسلم من حديث عائشة قالت كيف أقول يا رسول الله ، تعني : إذا زارت القبور ، قال : قولي السلام على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين الحديث

[10] Yakni hadits عن ابن عباس قال لعن رسول الله صلى الله عليه و سلم  زوارات القبور (Rasulullah melaknat perempan peziarah kubur.

[11] Abu Bakar Al-Hazimi Al-Hamdzani dalam Al-I’tibar fi Al-Nasikh wal Mansukh, hlm. 1/331. Teks asal: فرأى بعض أهل العلم أن هذا كان قبل أن يرخص في زيارة القبور ، فلما رخص عمت الرخصة للرجال والنساء ، ومنهم من كرهها للنساء ، وقال : الإذن يختص بالرجال دون النساء

[12] Lihat:  Ibnu Abidin dalam Radd Al-Muhtar ala Al-Durr Al-Mukhtarr, hlm. 2/243;  Abu Abdillah Al-Hattab dalam Mawahib Al-Jalil fi Syarh Mukhtashar Khalil, hlm. 2/237; Al-Mardawi dalam Al-Inshaf, hlm. 2/562.

[13] Qolyubi dalam Hasyiyah Al-Qolyubi ala Syarhi Jalaluddin Al-Mahalli ala Minhaj Al-Tolibin, “Kitab Al-Janaiz: Fashl fi Kaifiyati Dafnil Mayyiti wama Yatba’uhu”, hlm. 5/7. Teks asal: نعم يندب لهن كالرجال يزار قبره صلى الله عليه وسلم لأنه من أعظم القربات وكذا سائر الأنبياء والأولياء قاله شيخنا الرملي

[14] Al-Khatib Al-Syarbini dalam Mughni Al-Muhtaj ila Makrifati Ma’ani Alfadzi Al-Minhaj, hlm. 1/365. Teks asal: ومحل هذه الأقوال في غير زيارة قبر سيد المرسلين، أما زيارته فمن أعظم القربات للرجال والنساء

[15] Berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Aisyah.

[16] Hadits riwayat Muslim dari Buraidah bin Al-Hashib.

Kembali ke Atas