Peran Ibu dalam Pendidikan Anak
Ibu yang berpendidikan dan berkomitmen tinggi pada pendidikan anak sangat menentukan atas berhasil atau gagalnya seorang anak. Seorang ibu atau ayah yang mendidik anak sendirian (single parent) karena perceraian atau ditinggal mati akan tetap bisa sukses mendidik anaknya asal ada komitmen tinggi dan kemampuan yang cukup untuk mengantar anaknya menjadi sosok individu yang berhasil.
Peran Ibu dalam Pendidikan Anak
Oleh A. Fatih Syuhud
Barack Hussein Obama, presiden Amerika Serikat yang ke-44, dalam buku otobiografinya Dreams from My Father (Mimpi-mimpi Ayahku) menceritakan pengalaman hidup masa kecilnya selama tinggal di Jakarta bersama ibu dan ayah tirinya Lolo Suntoro sebagai berikut:
Ibu selalu mendorongku agar cepat beradaptasi dan berbaur dengan budaya dan orang Indonesia. Hal itu membuatku relatif mandiri, tidak manja, dan berperilaku sangat santun terutama apabila dibanding anak-anak Amerika yang lain. Ibu juga mengajariku agar menjauhi perilaku meremehkan dan arogan yang sering ditampakkan oleh warga Amerika di luar negeri. Namun di sisi lain, beliau juga melihat gap peluang masa depan yang lebar antara menjadi orang Indonesia dan orang Amerika. Ibu memutuskan aku tetap menjadi orang Amerika.
Untuk itu, usaha pertama ibu terfokus pada bagaimana agar aku mendapat pendidikan yang baik selama di Jakarta. Repotnya, dengan kemampuan keuangan terbatas ibu tidak mampu menyekolahkanku ke Sekolah Internasional, tempat di mana anak-anak warga negara asing belajar selama tinggal di Jakarta. Oleh karena itu, sejak awal kedatangan kami di Jakarta ibu mendaftarkanku ikut pendidikan jarak jauh di Amerika selain masuk ke Sekolah Dasar di Jakarta.
Selain itu, ibu sendiri memberi tambahan pelajaran. Selama lima hari dalam seminggu, dia datang ke kamarku pada jam 4 pagi, memaksaku sarapan, dan mulai mengajariku bahasa Inggris selama 3 jam sebelum aku berangkat ke sekolah dan dia berangkat kerja. Aku selalu berusaha melawan kegiatan tambahan ini dengan berbagai cara seperti pura-pura sakit perut atau memejamkan mata setiap lima menit—karena aku betul-betul mengantuk, tapi ibu akan selalu dengan sabar mengulangi kata-kata magic-nya: “This is no picnic for me either, buster.” (Maksudnya, ibu juga capek mengajari kamu setiap hari pada jam 4 pagi, tapi itu semua demi masa depanmu.)
Keteladanan dan ajaran sang bunda begitu melekat di hati Obama sehingga sangat mempengaruhi cara Obama bersikap pada masa dewasanya. Pada harian Chicago Tribune edisi 27 Maret 2007 Obama mengatakan bahwa ibunya adalah “the dominant figure in my formative years… The values she taught me continue to be my touchstone…” (figur dominan dalam hidupku.. Nilai-nilai yang dia ajarkan terus menjadi pedomanku melangkah..)
Apa pelajaran berharga yang dapat diambil dari keteladanan ibu Barack Obama yang bernama Stanley Ann Dunham itu?
Pertama, pentingnya menjadi seorang ibu yang memiliki wawasan yang baik, khususnya dalam bidang parenting (mengasuh anak). Wawasan atau keilmuan yang luas tidak harus dicapai melalui pendidikan formal yang tinggi. Ia dapat juga ditempuh melalui banyak membaca, mengikuti pelatihan dan seminar. Tentu saja, seorang ibu yang berlatarbelakang pendidikan formal tinggi akan menjadi nilai plus. Ibunda Obama dalam hal ini memiliki keduanya: pendidikan formal yang baik dan wawasan yang luas. Jadi, pendidikan tinggi bagi seorang perempuan tidak hanya diperlukan untuk berkarir. Lebih dari itu, ia diperlukan untuk mendidik anak secara tepat dan efektif.
Kedua, komitmen yang kuat. Ibu Obama memiliki komitmen yang kuat untuk melihat anaknya sukses. Dan untuk itu dia rela mengorbankan apapun termasuk waktu dan kenyamanan hidup demi sang buah hati.
Ketiga, disiplin. Ini salah satu kunci terpenting. Sayang anak bukan berarti memanjakan dan melakukan pembiaran terhadap perilaku anak. Disiplin berarti “tega” menghukum anak saat mereka berperilaku tidak baik dan memberi penghargaan saat mereka berperilaku positif (reward and punishment).[]