Pendidikan Islam Anak Usia 7 Tahun
Pendidikan Anak Usia 7 tahun
Oleh A. Fatih Syuhud
Imam Al Ghazali dalam bukunya Ayyuhal Awlad mengatakan anak adalah amanah Allah bagi orang tuanya. Seorang anak hendaknya ditanamkan pendidikan Islam sejak masa-masa awal kehidupannya dan diajarkan makna agama yang lebih luas secara gradual. Bagaimana mendidik anak usia 7 tahun?
Dari segi emosi sosial, usia tujuh tahun bagi seorang anak adalah ibarat sebuah permulaan menuju karakter yang baik seperti ramah, simpatik, hangat dan mudah bekerja sama. Ia juga memiliki sikap empati atau tidak egois pada yang lain. Itu disebabkan karena ia memiliki kontrol diri dan stabilitas yang lebih kuat dibanding sebelumnya.
Sikap yang buruk pada tahun lalu seperti berbohong, menipu dan mencuri berkurang secara drastis. Namun, kalau perilaku buruk ini tetap terjadi, orang tua harus mengambil langkah tegas agar anak mengerti bahwa ia salah. Baik salah menurut etika sosial, maupun dari sudut pandang agama Islam. Konsekuensi dari berbohong, menipu dan mencuri dapat berupa nasihat, dihapusnya fasilitas (untuk sementara), dan mengembalikan barang yang dicuri. Dengan demikian, hukuman harus berbeda sesuai level kesalahan. Dan pastikan orang tua konsisten dengan itu.
Jangan lupa, hukuman disiplin hendaknya disertai dengan diskusi tentang bagaimana supaya anak dapat berperilaku lebih baik di lain waktu. Ini penting, karena pada usia ini anak sudah dapat mencerna alasan dan logika yang benar asal disampaikan dengan cara yang sederhana.
Dalam segi kepercayaan diri (self-esteem), anak usia 7 tahun cukup labil. Oleh karena itu, sering-seringlah memberi motivasi dan masukan positif. Termasuk membantunya menghentikan kecenderungan menyalahkan diri sendiri (self-critical) dengan penekanan bahwa yang terpenting adalah apa yang sudah dipelajari, bukan hasil akhir. Sekali-kali, anak hendaknya mendapat kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri.
Dengan kemampuannya untuk mencerna suatu instruksi secara rasional, maka orang tua dianjurkan untuk memulai aktifitas yang dapat menstimulasi nalar berfikirnya. Misalnya, mengajak berdiskusi tentang nilai benar dan salah, baik dan buruk. Juga perbedaan antara kebenaran menurut etika sosial dan secara agama. Misalnya, nilai benar dan salah dalam etika sosial adalah berdasarkan kesepakatan manusia. Sedang nilai benar dan salah secara Islam adalah berdasar wahyu Al Quran dan Sabda atau Hadits Nabi.
Menstimulasi daya nalarnya juga dapat dilakukan dengan cara memberi pertanyaan yang mengundang anak untuk berfikir, memberi teka-teki dan bermain game yang membutuhkan pikiran. Kesabaran juga diperlukan orang tua atas sikap anak yang agak labil dan suka emosi.
Kewajiban Agama
Rukun Islam yang lima sudah perlu diperkenalkan secara lebih rinci dibanding sebelumnya. Terutama terkait kewajiban melaksanakan shalat lima waktu. Walaupun secara syari’ah, anak usia 7 tahun belum wajib melaksanakan salat, akan tetapi, pembiasaan sudah harus dimulai dari usia ini. sebagaimana tersurat dari sabda Nabi: “Perintahkanlah anak-anakmu sekalian shalat saat usia mereka tujuh tahun.” (Hadits Riwayat Abu Daud).
Taat dan hormat pada kedua orang tua (QS Luqman 31:14) merupakan salah satu nilai agama yang hendaknya menjadi etika prioritas kedua—setelah taat pada Allah– untuk ditanamkan pada anak sejak dini. Karena ia memainkan peran penting atas sukses tidaknya orang tua mendidik anak. Nilai sebaik apapun yang diajarkan akan percuma jika anak tidak mentaati orang yang mendidiknya.
Pada waktu yang sama orang tua hendaknya menjadi contoh hidup atau tauladan (uswah hasanah) dari segala ucapan, nasihat dan segala hal baik yang diajarkan pada anaknya (QS Al Ahzab 33:21). Karena tidak ada ajaran perilaku yang paling efektif dan efisien kecuali apabila apa yang dikatakan pendidik sama dengan apa yang dilakukannya. Orang tua jangan pernah mengajarkan suatu kebaikan, kalau tidak dapat memberi contoh dengan tindakan nyata.[]