fatihsyuhud.net

Buku A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Pemimpin Ideal

Pemimpin Ideal

إذا وسد الأمر إلي غير أهله فانتظر الساعة رواه البخاري

Artinya: Apabila suatu kekuasaan berada di tangan yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat (kehancuran)-nya.Hadits riwayat Bukhari di atas merupakan salah satu hadits yang sangat populer dan banyak dikutip oleh berbagai kalangan umat Islam dari mubaligh, dai, ulama, santri, tokoh masyarakat, sampai kalangan birokrat dan rakyat awam.

Hadits tersebut sebenarnya merupakan potongan percakapan Nabi dengan seorang pedalaman (Badui Arab) yang bertanya pada Nabi tentang kapan hari kiamat tiba. Jawab Nabi, “Apabila amanah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat.” Sang Arab Badui bertanya lagi, “Apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan amanah?”, maka keluarlah jawaban Nabi di atas, “Apabila kekuasaan atau otoritas berada di tangan yang bukan ahlinya.”

Dalam kitab Sahih Bukhari, hadits di atas dikelompokkan dalam bab ilmu. Artinya, kriteria ahli dan bukan ahli terkait dengan keilmuan atau skill seseorang di suatu bidang tertentu. Sabda Nabi ini sangat bernuansa universal. Dimensinya tidak hanya terbatas pada bidang agama atau ukhrowi semata, tapi juga menyangkut urusan duniawi. Pembangunan sebuah jembatan, misalnya, tentu tidak bisa maksimal atau malah akan hancur kalau tidak dikoordinasi oleh seorang insinyur konstruksi bangunan. Begitu juga sebaliknya, sang insinyur tadi tidak akan dapat mendiagnosa dan mengobati seorang pasien karena itu keahlian seorang dokter. Semua ada tempatnya, sesuai dengan keahlian masing-masing. The right man in the right place. Seorang ahli hendaknya berada di tempat yang sesuai dengan keahliannya.

Di atas semua itu, hadits ini menekankan perlunya mencari ilmu. Menuntut ilmu pengetahuan agama dan / atau umum, menjadi salah satu urat nadi ajaran Islam. Surah pertama yang diturunkan pada Nabi Muhammad Al-Qalam (Pena), sudah menunjukkan betapa pentingnya ilmu; kandungan dari Surat tersebut semakin mempertegas betapa tanpa ilmu pengetahuan kualitas keislaman dan keimanan kita akan dipertanyakan. Seorang yang tidak berilmu dan tidak pernah belajar bisa saja menjadi seorang muslim yang baik, akan tetapi kualitas keislaman dan keimanan seorang yang berilmu jelas akan memiliki derajat yang jauh lebih tinggi seperti yang secara tegas tersurat dalam Surah Al-Mujadalah 57:11.

Kalau untuk mengobati pasien dibutuhkan ilmu kedokteran dan ilmu teknik konstruksi untuk membangun jembatan yang baik, maka sudah wajar kalau untuk membangun keislaman dan keimanan yang kokoh dan berkualitas kita perlu mempelajari ilmu agama yang akan menggiring kita menuju pemahaman dan penghayatan keagamaan yang baik.[]

Kembali ke Atas