Buku A. Fatih Syuhud

Visi, pemikiran dan karya tulis A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Sejarah Sistem Pendidikan Islam

Kronika Sejarah Sistem Institusi Pendidikan Islam dapat dilacak dari sejak zaman Rasulullah, para Sahabat, Tabi’in, Tabi’it Tabi’in, para ulama fikih, sistem madrasah, pesantren sampai adanya perguruan tinggi atau universitas.
Oleh A. Fatih Syuhud
Ditulis untuk Buletin ALKHOIROT
Pondok Pesantren Al Khoirot Karangsuko, Malang

Pendidikan memainkan peran sentral dalam Islam. Ilmu menjadi tulang punggung (backbone) ajaran Islam. Lebih dari 800 ayat Al Quran menyebut, menyinggung atau membahas tentang pentingnya keilmuan. Sekedar perbandingan, hanya 90 ayat Al Quran yang membahas tentang fiqh atau ilmu hukum Islam. Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu dan pendidikan dalam Islam (QS Al Mujadalah 58:11).

Karena hanya dengan ilmu, dua tujuan pokok agama dapat tercapai. Dua tujuan utama itu adalah pertama, tauhid. Yakni, mengesakan atau men-satu-kan Allah. Yang konsekuensinya adalah keinginan inheren untuk menyembahNya (QS Al A’raf 7:172)dan kepatuhan mutlak pada syariah-Nya (QS An Nisa’ 4:59).

Kedua, akhlakul karimah. Ilmu apapun yang dipelajari—ilmu agama atau umum, bertujuan untuk meningkatkan akhlak seorang muslim pada level akhlak Rasulullah (QS Al Qalam 68:4).

Sekolah Pertama

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menyatakan, “Harus diketahui bahwa mengajarkan Quran pada anak adalah simbol Islam. Muslim telah mengamalkan pengajaran ini di manapun mereka berada, karena hal ini menanamkan keyakinan yang kuat pada Islam yang berasal dari ayat-ayat Quran dan hadits Nabi.

Pendidikan dan Perempuan

Sepanjang sejarah Islam, pendidikan wanita menempati prioritas utama. Perempuan tidak dilihat sebagai tidak mampu mencampai keilmuan atau mengajar diri sendiri dan orang lain. Preseden untuk hal ini dicontohkan oleh istri Nabi, Aisyah, yang merupakan salah satu ulama ternama pada masanya dan dikenal sebagai guru dari banyak orang di Madinah setelah wafatnya Rasulullah.

Sejarah Islam kemudian juga menunjukkan pengaruh wanita. Perempuan di seluruh dunia Islam dapat menghadiri pendidikan dan pengajaran di masjid, madrasah dan dalam banyak kasus mereka adalah guru. Sebagai contoh, pada abad ke-12 Ibnu Asakir, penulis Tarikh Dimashq, melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu dan belajar pada 80 guru perempuan.

***

Selaras dengan karakter manusia yang dinamis and inovatif, proses transmisi keilmuan mengalami dinamikanya sendiri dari zaman ke zaman. Begitu juga sistem pendidikan Islam mengalami perubahan dan pembaruan dari masa ke masa. Berikut tulisan singkat tentang sistem dan institusi pendidikan Islam sejak masa Rasulullah sampai saat ini.

Pertama, masjid. Di samping untuk beribadah, masjid juga menjadi salah satu tempat untuk transmisi keilmuan. Masjid menjadi institusi pendidikan pertama dan tertua dalam Islam. Rasulullah menggunakan masjid Nabawi di Madinah sebagai tempat untuk kegiatan pendidikan dan pengajaran kepada para Sahabat Nabi.

Pasca Nabi, para ulama dan ahli Hadits dulunya biasa mengadakan pengajian di masjid jami’, di mana mereka duduk melingkar, mengaji, mengajar dan mendiskusikan berbagai disiplin ilmu seperti fiqh, tafsir, hadits, grammatika bahasa Arab (nahwu shorof), dll.

Kedua, Al Katatib (bentuk jamak dari al kuttab) adalah sekolah Al Qur’an . Di sini dipelajari cara membaca, menulis dan menghafal Al Qur’an. Al Katatib terdapat di sejumlah negara Islam di Timur Tengah. Sampai saat ini, Al Katatib masih eksis di sejumlah negara Arab seperti Kuwait.

Ketiga, Darul Quran atau Pusat Kajian Al Qur’an. Insitutsi ini adalah institusi pendidikan Islam pertama yang didirikan khusus untuk mempelajari Al Quran. Pelopor utamanya adalah Rasha ibnu Nathif al Dimashqi. Didirikan di Damaskusi, Suriah pada tahun 400 hijriah / 1009 masehi.

Para sarjana dan ahli hadits biasa mengadakan halaqah atau lingkaran studi di masjid pusat, di mana mereka duduk dan mengajar atau memperdebatkan masalah fikih, tafsir, bahasa dan hadits; biasanya halaqah ini dihadiri oleh murid-murid mereka.

Keempat, Darul Hadith atau Pusat Kajian Hadits adalah institusi pendidikan Islam pertama yang mengambil spesialisasi Hadits dan ilmu-ilmu yang terkait. Didirikan oleh Al Malik al Adil Nuruddin Mahmud al Zanki, di Damaskus, Suriah.

Kelima, Al Madaris (jamak dari madrasah) secara literal bermakna sekolah. Yang dimaksud adalah sekolah tinggi atau kolese (college). Didirikan pertama kali pada abad kelima Hijriah atau abad ke-12 masehi. di Damaskus, Suriah. Dalam Al Madaris terdapat satu madrasah untuk setiap jurusan. Seperti madrasah teknik, madrasah kedokteran, dll.

Keenam, Al Jami’at atau universitas. Pada tahun 859 masehi Fatimah al Fihri mendirikan Jami’ah al-Qarawiyyin atau Universitas Qarawiyyin di kota Fas, Maroko. Universitas ini merupakan universitas pertama dan tertua di dunia.[1] Di susul kemudian oleh Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir yang didirikan pada tahun 959 masehi.

Jamiah Al-Nizamiyya atau Universitas Nizamiyyah Baghdad, Irak didirikan pada 1091 M, yang merupakan universitas terbesar dunia pada abad pertengahan. Disusul kemudian oleh Universitas Mustansiriya yang didirikan oleh khalifah Abbasiyah Al Mustansir pada 1233 M. Universitas-universitas ini selain mengajarkan bidang-bidang agama, juga menyediakan bidang studi filsafat, matematika dan ilmu sains. Al Hakam ibnu Abdul Rahman mendirikan universitas Kordoba di Spanyol yang kemudian menjadi salah satu universitas internasional terkemuka pada zamannya.

Banyak intelektual muslim berpengaruh adalah hasil didikan dari universitas-universitas ini. Seperti Al Khawarizmi (780-846 M) pakar matematika, Ibnu al Haytham (965-1040 M ahli astronomi dan matematika, Ibnu Sina (980-1037) filsuf, Jabir ibnu Hayyan (721M – 815 M) peletak dasar ilmu kimia modern, Al Razi (865-925 M) ahli pengobatan dan lainnya..

Keenam, Pondok Pesantren, madrasah . Sistem pendidikan pesantren adalah sistem pendidikan Islam yang khas Indonesia,[2] walaupun banyak juga dijumpai di negeri lain. Di Malaysia dan Thailand selatan disebut dengan pondok sementara di India, Pakistan, Bangladesh dan negara-negara Arab disebut dengan madrasah. [3] Awalnya, pesantren bertujuan utama untuk memperdalam ilmu agama seperti Al Quran, Tafsir, Hadits, Fiqh dan tata bahasa Arab (Nahwu Sharaf). Pada perkembangannya saat ini, pesantren tidak hanya mengkaji ilmu-ilmu agama, tapi juga ilmu umum dan sains.[4] karena tidak sedikit pesantren yang memiliki pendidikan formal dari tingkat TK sampai tingkat perguruan tinggi dengan berbagai jurusan. Walaupun awalnya pesantren membuka perguruan tinggi dengan jurusan agama seperti jurusan dakwah, syariah dan tarbiyah, tapi saat ini mulai dikembangkan jurusan-jursan baru di bidang sains seperti kebidanan, informatika, kebidanan, kedokteran, dan semacamnya.

Pesantren di Indonesia umumnya didominasi oleh muslim dari ormas Nahdlatul Ulama (NU) yang moderat sedangkan Muhammadiyah lebih cenderung untuk mengembangkan sekolah. Namun seiring perkembangan zaman, Muhammadiyah juga mulai mendirikan pesantren, langkah ini diikuti oleh gerakan-gerakan pro-Wahabi yang lain seperti Al-Irsyad, Wahabi Salafi, dan berbagai macam variasinya.[]

CATATAN AKHIR

1.The Guinness Book of Records, 1998, p. 242.

2. Adrian Vickers, A History of Modern Indonesia. Cambridge University Press, 2005. hlm. 55

3. Istilah madrasah di India, Pakistan, Bangladesh merujuk pada pondok pesantren. Sementara di Indonesia, pondok pesantren dan madrasah adalah dua hal yang berbeda.

4. Florian Pohl, Islamic Education and the Public Sphere: Today’s Pesantren in Indonesia, 2009, Waxmann Verlag GmbH, Germany.

Sejarah Sistem Pendidikan Islam
Kembali ke Atas