Kerja Keras
Kerja keras dalam Al-Quran disebut dalam 109 ayat yang menunjukkan betapa pentingnya kerja keras dalam Islam bagi seorang muslim.
Kerja Keras
A. Fatih Syuhud
Kerja keras adalah kebalikan dari sifat malas. Ia merupakan salah satu kunci dari hidup bahagia dan itu sebabnya mengapa kerja keras sangat dianjurkan dalam Islam (QS Al Ankabut 29:6)[1] sebagai kunci sukses menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. (QS Al Ankabut 29:65).[2]
Ibrahim Al-Tahawi dalam kitab Al-Iqtisad Al-Islami menegaskan bahwa Al Quran menganggap kemalasan atau membuang-buang waktu melakukan hal yang tidak produktif dan tidak bermanfaat sebagai bukti kurangnya keimanan seseorang.
Al Quran sendiri menyebut kata “amal” atau perbuatan dalam 360 ayat. Dan kata “fi’il” (maknanya kurang lebih sama) disebut dalam 109 ayat yang menunjukkan betapa pentingnya kerja keras. Tentu saja yang dimaksud dengan kerja keras bagi seorang pelajar adalah belajar rajin dan maksimal untuk menjadi yang terbaik.
Kerja keras dalam artian harfiah, yaitu bekerja sekeras mungkin, tentu saja tidak cukup. Kita melihat betapa banyak orang, seperti buruh dan kuli, yang bekerja sangat keras memeras keringat sepanjang hari tetapi mendapatkan hasil yang sangat sedikit dan tidak mengalami perubahan ekonomi secara signifikan. Kerja keras harus dibarengi dengan ilmu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dan karena itulah Allah sangat menekankan kemuliaan ilmu dan betapa pentingnya posisi ahli ilmu (QS Ali Imron 3:18;[3] Al Mujadalah 58:11;[4] Az Zumr 39:9).[5]
***
Pada dasarnya, umat Islam adalah umat yang paling rajin bekerja keras di banding penganut agama lain dengan syarat asal kita mengikuti betul perintah Al Quran untuk selalu bekerja tanpa mengenal libur kendati itu hari Jumat (QS Al Jum’ah 62:10).[6] Seorang muslim hanya disuruh berhenti bekerja pada saat ada panggilan adzan dikumandangkan (QS Al Jum’ah 62:9).[7]
Konsekuensi dari bekerja tanpa henti dan tiada mengenal hari libur– plus ditambah dengan ilmu yang mumpuni di bidang pekerjaan yang dilakukan– adalah: umat Islam akan menjadi umat yang paling berhasil di dunia dalam segi materi atau paling pintar dari segi ilmu bagi pelajar.
Bayangkan saja, umat Nasrani bekerja hanya enam hari dalam seminggu karena hari Minggu libur, umat Yahudi juga bekerja selama enam hari karena libur pada hari Sabtu, maka umat Islam bekerja selama tujuh hari penuh dalam seminggu. Konsekuensinya, umat Islam akan menjadi umat terkaya di dunia karena paling rajin bekerja.
Namun kenyataan justru sebaliknya. Saat umat lain, Nasrani dan Yahudi, menuruti perintah untuk libur pada Sabtu dan Minggu saja dan bekerja selama enam hari dalam seminggu, umat Islam kebanyakan justru lebih banyak libur daripada kerjanya! Akibatnya jelas, umat Islam yang berjumlah sekitar 1 milyar di seluruh dunia menjadi umat termiskin di banding umat dari agama lain. Umat Yahudi yang hanya 15 juta di seluruh dunia justru menjadi umat terkaya karena memang mereka yang bekerja paling rajin.
Seorang Muslim yang betul-betul mengikuti nilai-nilai ajaran Islam akan menjadi sosok pribadi terbaik, dan umat Islam akan menjadi umat terbaik (QS Ali Imron 3:110).[8] Terbaik tidak hanya di akhirat, tetapi juga di dunia (QS Al Baqarah 2:201).[9]
Seperti apa kesuksesan di akhirat hanya Allah yang tahu, namun kesuksesan di dunia dapat dilihat dengan (a) apabila berkepribadian akhlaqul karimah; (b) berhasil secara materi; (c) bermanfaat bagi manusia lain.[]
CATATAN AKHIR
[1] Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
[2] Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)
[3] Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[4] Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
[5] (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran
[6] Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
[7] Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.
[8] Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
[9] Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.