Istri Sukses Tergantung Suami. Begitu juga istri yang gagal karena suami kurang bisa mendidiknya. Istri yang berhasil adalah perempuan yang dapat mendidik anaknya dan menjadi partner suaminya dalam mengarungi hidup rumah tangga yang positif, taat agama dan mengikuti etika sosial masyarat dan nilai universal.
Istri Sukses Tergantung Suami
Oleh A. Fatih Syuhud
Kalau orang bijak mengatakan bahwa anak yang sukses tergantung ibunya, maka dapat juga dikatakan bahwa istri yang sukses itu tergantung suaminya. Karena suami adalah pemimpin rumah tangga (QS An Nisa 4:34), maka baik buruknya istri adalah tanggung jawab pemimpinnya. Allah juga mewajibkan kepada setiap suami untuk mendidik anak istri terlebih dahulu sebelum mendidik atau berdakwah untuk orang lain (QS At Tahrim 66:6)
Dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka. Seorang suami adalah pemimpin dari keluarga dan bertanggung jawab atasnya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah suaminya dan bertanggung jawab atasnya. “[1]
Hadits di atas menjelaskan dua hal: a) bahwa suami adalah pemimpin tertinggi dalam keluarga yang harus ditaati oleh istri dan anak selagi tidak bertentangan dengan syariah; b) bahwa istri bertugas seperti “jenderal lapangan” yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam keseharian rumah tangga.
Sebagai pelaksana harian tugas-tugas rumah tangga, maka di pundak istrilah terletak tanggung jawab besar untuk membina dan membangun keluarga yang stabil. Sebab, kondisi rumah tangga yang stabil merupakan kunci sukses banyak hal termasuk di antaranya pendidikan anak.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Claire Kamp Dush dari Ohio State University, Amerika Serikat menyimpulkan bahwa anak yang terlahir dan dididik dalam sebuah keluarga yang stabil akan tumbuh menjadi anak yang sukses di bidang kemampuan akademis dan perilaku.
Dalam hasil studi yang dibukukan dengan judul Marriage and Family: Perspectives and Complexities[2] itu Claire Kamp Dush menambahkan: “Hasil studi kami menunjukkan bahwa kunci sukses bagi mayoritas anak-anak adalah tumbuh berkembang dalam rumah tangga yang stabil, di mana mereka tidak mengalami kasus orang tua yang bercerai atau perubahan lain dalam keluarga.”
Dari sedikit uraian di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya peran istri dalam keluarga. Dalam banyak hal, peran istri justru lebih penting dari suami. Terutama di bidang pendidikan dan perkembangan anak.
Adapun peran suami yang paling signifikan, di samping sebagai tulang punggung keluarga dalam mencari nafah, adalah bagaimana memastikan peran istri ini berjalan maksimal dan sesuai yang diharapkan. Antara lain dengan langkah-langkah berikut:
Pertama, kalau istri memiliki kepribadian dan perilaku yang kurang sesuai dengan etika ideal, maka pastikan suami selalu memberi bimbingan dan arahan yang diperlukan. Termasuk memberi pemahaman kepada istri agar selalu siap dan ikhlas untuk menerima arahan dan bimbingan suami. Pada saat yang sama suami harus bersikap dan berkata sebagaimana layaknya seorang pemimpin dan sahabat sekaligus. Dalam arti menjaga diri agar perbuatan selalu selaras dengan perkataan; dan pada waktu yang sama selalu bersikap hangat layaknya seorang teman dan sahabat.
Kedua, mengajak istri ke lingkungan yang baik yang dapat meningkatkan kualitas kepribadian dan kebiasaan. Seperti silaturrahmi pada ulama dan meminta nasihat mereka; mengikuti pengajian agama atau majelis taklim secara reguler, dan lain-lain. Serta menjauhi lingkungan pergaulan yang buruk.
Ketiga, memotivasi istri untuk banyak membaca buku-buku yang baik terkait dengan keislaman, pengembangan kepribadian dan pendidikan anak. Dan menganjurkan istri agar menonton program TV yang mendidik serta menjauhi program sampah seperti sinetron, dan infotainment.
Bagaimana dengan suami yang tidak mampu mendidik istri? Tundukkan hati dan ego untuk sama-sama saling belajar dan saling mengingatkan .[]
Catatan Akhir
[1] Teks hadits: كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته الإمام راع ومسئول عن رعيته والرجل راع في أهله وهو مسئول عن رعيته والمرأة راعية في بيت زوجها ومسئولة عن رعيتها
[2] H. Elizabeth Peters, Claire Kamp M. Dush (Editors), Marriage and Family: Perspectives and Complexities, (Columbia University Press:2009).
I’ve been exploring for a bit for any high-quality articles or
weblog posts on this kind of space . Exploring in Yahoo I at last stumbled upon this website.
Reading this info So i am glad to exhibit that I’ve a very excellent uncanny feeling I found out exactly what I needed.
I most surely will make certain to don?t forget this site and provides it a glance on a continuing basis.
yup, betul sekali mas