Wanita Idaman
Wanita Idaman
Oleh A. Fatih Syuhud
Pernikahan antara pangeran Charles, putra mahkota kerajaan Inggris, dan putri Diana pada tiga dekade lalu dianggap oleh banyak kalangan sebagai “perkawinan abad ini.” Yang laki-laki tampan, kaya raya, terpelajar dan calon raja Inggris. Sedang yang perempuan cantik jelita dan baik budi. Dua dasawarsa kemudian, setelah mempelai ideal ini dikaruniai dua anak, kedua mempelai ini sepakat untuk kembali menghadap kadi namun dengan tujuan berbeda: untuk bercerai. Apa penyebabnya?
Banyak faktor. Yang terutama adalah ketidaksetiaan putri Diana. Dalam wawancaranya dengan wartawan tv Inggris BBC, Martin Bashir, putri Diana mengaku terus terang bagaimana dia telah menjalin hubungan perselingkuhan dengan sejumlah lelaki termasuk di antaranya pengawal pribadinya, pejabat kerajaan dan yang terakhir dengan seorang pemuda asal Mesir bernama Dodi Al Fayed putra Muhammad Al Fayed, seorang hartawan Inggris pemilik supermarket Harold, sebuah supermarket yang menjual barang dagangan khusus untuk kalangan jutawan dan kerajaan.
Faktor kedua adalah kesibukan putri Diana dalam menjalankan aktivitas di luar rumah sebagai utusan khusus PBB (Persatuan Bangsa-bangsa) yang mengharuskan sang putri melakukan perjalanan jauh keliling dunia mengunjungi sejumlah negara sehingga tak ada waktu lagi untuk berkumpul dengan, apalagi melayani, sang suami.
Setelah perceraian, pangeran Charles kembali menjalin hubungan dengan seorang janda bekas teman kelasnya waktu kecil bernama Camilla Parker yang kemudian dinikahinya sampai sekarang. Apa yang menarik di sini adalah bahwa Camilla Parker tidaklah cantik. Boleh dikatakan buruk rupa dan wajahnya tampak lebih tua dari usianya. Mengapa pangeran Charles menyukainya?
Camilla Parker memiliki kepribadian seorang wanita yang menjadi idaman semua pria yang berpendidikan. Ia tidak cantik rupanya, tapi hatinya berkilau. Perempuan tipe ini disebut sebagai memiliki inner beauty (kecantikan dalam). Istri yang memiliki inner beauty selalu tahu tugas dan kewajibannya terhadap suami. Ia tidak pernah mengeluh, sebaliknya ia selalu mensyukuri segala hal baik yang dilakukan sang suami; dan berusaha memperbaiki kesalahan pasangannya dengan cara yang tidak menyakitkan. Rasa sayang, kesetiaan dan pengabdiannya selalu ia berikan untuk satu orang. Ia selalu ingin memberi, dan tidak pernah menuntut. Ia menjadi pasangan yang selalu menawarkan solusi tak kala sang suami menghadapi masalah. Ia akan menjadi peringan atas beban berat yang dipilkul suami.
Kecantikan fisik perlu disyukuri karena itu anugerah Ilahi, tapi kecantikan fisik hanya akan menanam kekaguman sesaat di mata pria dan akan berbalik menjadi pelecehan dan penistaan apabila tanpa diimbangi dengan kecantikan perilaku; banyak pelacur dan wanita murahan berwajah cantik.
Sebaliknya, dalam banyak fakta, inner beauty atau kecantikan perilaku, keindahan hati dan kedewasaan sikap akan menanamkan kekaguman dan penghargaan abadi dan bertahan lama baik dari sang suami maupun dari lingkungan sekitar. Inilah mengapa dalam sebuah Hadits, Rasulullah memerintahkan seorang pria untuk memilih calon istri berdasarkan pada kecantikan hatinya (li diniha), bukan karena kecantikan lahir atau hartanya.
Begitu juga, wanita dalam memilih calon suami hendaknya tidak berdasar pada penampilan fisiknya, status sosial atau hartanya; tapi pada ketampanan hati dan keindahan perilaku serta kekuatan sikap kepemimpinannya.
Tayangan kisah tak Islami di sinetron, perilaku seronok para artis dan gosip murahan selebritis di televisi telah merubah cara berpikir sebagian masyarakat baik di kota maupun di pedesaan ke arah pola pikir negatif dan materialistik. Salah satu dampak negatifnya adalah pemujaan kepada penampilan fisik yang sebenarnya sangat menipu. Kebahagiaan dan kedamaian hati hanya akan tercapai apabila seorang santri khususnya dan umat Islam umumnya berpegang teguh pada sendi-sendi ajaran Islam; bukan pada ajaran-ajaran sesat yang ditularkan oleh penampilan dan kata-kata murahan para aktor dan artis bodoh itu.[]