Mengapa Tiga Putra Rasulullah Wafat Saat Balita?
Tiga Putra Rasulullah
Oleh: A. Fatih Syuhud
Al-Qasim bin Muhammad
Qosim bin Muhammad bin Abdillah adalah putra pertama Nabi yang lahir sebelum Muhammad menjadi Rasul. Darinya Nabi mendapat julukan kuniyah Abul Qasim. Sayangnya, ia wafat saat masih sangat belia saat baru berusia sekitar 17 bulan atau dua tahun. Saat itu ia masih menyusui namun sudah bisa berjalan. Wafatnya terjadi sebelum kenabian,[1] walaupun ada pendapat yang menyatakan bahwa wafatnya Qasim terjadi setelah Kenabian[2] yang kira-kira bertepatan dengan tahun 605 Masehi.
Pendapat kedua ini bukan tanpa dasar. Dalam kitab Musnad Al-Faryabi ada pernyataan yang memperkuat pendapat terakhir bahwa wafatnya Al-Qasim terjadi setelah Kerasulan berdasarkan pada riwayat hadits di mana ketika Nabi masuk ke rumah menemui Khadijah yang sedang menangisi kematian putranya Qosim,[3] Khadijah berkata, “Wahai Rasulullah, seandainya dia meninggal setelah selesai masa menyusui, niscaya akan lebih baik.”[4] Pemakaian kata “Rasulullah” oleh Khadijah mengindikasikan bahwa wafatnya Qasim setelah Nabi menjadi Rasul.
Bukan hanya Khadijah yang sedih. Rasulullah juga sangat berduka atas kematian putra pertamanya. Atas hal ini, Allah menghibur dan mengingatkan Nabi dengan turunnya Surah Al-Kautsar (108) ayat 1 dan 2 di mana Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.[5] Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.”
Abdullah bin Muhammad
Abdullah adalah putra kedua Rasulullah bersama Khadijah. Abdullah juga diberi nama Al-Tohir (yang bersih) dan Al-Toyyib (yang baik). Alasan pemberian nama tambahan ini karena Abdullah lahir setelah kenabian. [6]Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa Al-Tohir dan Al-Toyyib adalah dua nama untuk putra Rasulullah yang selain Abdullah.[7]
Abdullah merupakan saudara kandung dari Al-Qasim dan sama-sama lahir di Makkah. Ia juga meninggal saat balita dan dimakamkan di kota yang sama.
Ibrahim bin Muhammad
Ibrahim adalah putra bungsu Rasulullah dan saudara seayah dengan Qasim dan Abdullah beda ibu. Ibu Ibrahim adalah Mariyah Al-Qibtiyah. Ia lahir di Madinah pada bulan Dzulhijjah tahun 8 Hijriah atau 630 Masehi. Sebagaimana dua putra laki-laki Rasulullah yang lain, ia pun wafat saat balita. Ia meninggal pada bulan Jumadil Tsani tahun 10 Hijriah atau 631 Masehi dalam usia 18 bulan.[8]
Mengapa Ketiga Putra Nabi Wafat Muda?
Wafatnya ketiga putra laki-laki Rasulullah yang hampir seragam yakni di bawah usia dua tahun mengundang tanda tanya. Apalagi hal itu tidak terjadi pada putri-putri Rasulullah yang wafat setelah usia dewasa dan bahkan sampai berumah tangga. Jawaban yang pasti adalah Allah Maha Tahu. Itu rahasia Tuhan. Tidak ada satu ulama pun yang dapat menjawab secara pasti. Namun, tentu tidak dilarang untuk menafsiri hikmah yang terkandung di dalamnya. Salah satu pendapat terpenting tentang hikmah di balik meninggal mudanya para putra laki-laki Rasulullah adalah sebagai berikut:
Bahwa seorang putera Nabi akan menjadi Nabi. Seandainya anak lelaki Nabi hidup sampai dewasa, maka niscaya dia juga akan menjadi Nabi setelah Muhammad. Apabila ini terjadi maka berarti Rasulullah tidak lagi menjadi penutup para Nabi dan Rasul (khotamul anbiya wal mursalin) dan itu bertentangan dengan ketetapan Allah sebagaimana tersebut dalam QS Al-Ahzab :40, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”[9]
Footnote
[1] Ibnu Hisyam, Al-Sirah Al-Nabawiyah, hlm. 1/190.
[2] Syihabuddin Al-Qastalani, Al-Mawahib Al-Ladunniyyah bi Al-Minah Al-Muhammadiyah, hlm. 1/479.
[3] Al-Suhaili, Al-Raud Al-Anf fi Syarh Al-Sirah Al-Nabawiyah li Ibni Hisyam, 2/156.
[4] Hadits riwayat Ibnu Majah no. 1512. Teks hadits:
عن الحسين بن علي قال لما توفي القاسم ابن رسول الله صلى الله عليه وسلم قالت خديجة يا رسول الله درت لبينة القاسم فلو كان الله أبقاه حتى يستكمل رضاعه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن إتمام رضاعه في الجنة قالت لو أعلم ذلك يا رسول الله لهون علي أمره فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن شئت دعوت الله تعالى فأسمعك صوته قالت يا رسول الله بل أصدق الله ورسوله صلى الله عليه وسلم
[5] Maksudnya: Nikmat yang banyak sebagai ganti dari musibah yang menimpamu atas kematian anakmu Qosim.
[6] Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa Al-Nihayah, hlm. 5/233.
[7] Syihabuddin Al-Qastalani, op.cit, hlm. 1/478.
[8] Al-Suhaili, op.cit, hlm. 2/160
[9] Teks asal QS Al-Ahzab ayat 40: مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا