Shah Waliullah Dahlawi
Profil Intelektual Muslim India: Shah Waliullah (1703-1762 AD). Shah Waliullah Dahlawi (Al Kandahlawi) adalah tokoh fenomenal dan mujaddid lintas aliran Islam di India. Ia diakui dan menjadi rujukan seluruh sarjana dan pemikir Islam baik dari kalangan garis keras maupun moderat.
Oleh: A Fatih Syuhud
Institute of Islamic Studies, JMI University, India
Di awal abad delapan belas, kerajaan Mughal India mulai merosot. Di satu sisi, kelompok Sikh, Maratha, dll, mulai bangkit dan, pada saat yg sama, sejumlah propinsi mendeklarasikan kemerdekaan dari dinasti Mughal yg berpusat di Delhi. Dalam kehidupan sosial dan keagamaan Muslim, segala bentuk ketidak adilan dan indisiplin terjadi. Melihat hal ini, kalangan umat Islam yg memiliki nurani bangkit menegakkan nilai-nilai Islam melalui pendidikan Islam dan perlawanan politik.
Dua gerakan ini bermaksud untuk membendung kekuasaan komunitas Sikh, Maratha, dan penguasa Inggris yg terus berkembang, dan memberi inspirasi pada umat Islam dg cara memberi mereka pengetahuan sejati Qur’an dan Sunnah yg memungkinkan mereka untuk mengingat khazanah berharga yg hilang dan kembali ke kultur dan tradisi mereka. Pemimpin dari gerakan ini adalah Maulana Shah Waliullah.
Shah Waliullah lahir di Delhi pada 1703 dari keluarga sufi dan ulama. Konon dia adalah keturunan Ulama besar India Mujaddid Alfi Sani Syeikh Ahmad Sirhindi. Banyak kalangan genius lahir dari keluarga ini yg merupakan para Ulama dan tokoh Sufi dan yg telah mewarnai kehidupan Islami Muslim India.
Dia seorang yg jenius. Di masa muda dia belajar pada ayahnya dan kemudian pada banyak sarjana Delhi. Dia belajar sastra Arab dan Persia, tafsir, aqaid, sejarah Islam, filsafat, hukum dan logika. Dia juga mempelajari ilmu sosial dan mengkaji Sejarah Dunia-nya Ibnu Khaldun termasuk juga mempelajari politik. Inilah mengapa, kendatipun dia seorang sarjana dan ulama konservatif besar, tulisan-tulisannya mengandung gagasan politik segar dan pandangan tajam dalam menganalisa problema politik India dan dunia Islam.
Pada usia 16 atau 17 dia menjadi seorang ahli Hadits di Madrasa Rahimiya yg didirikan oleh ayahnya. Dia menjadikan madrasah itu menjadi institusi ideal dg pengajaran yg berdedikasi dan sistem pendidikan yg direformasi. Kemudian dia melakukan ibadah haji dan belajar di Makkah di bawah bimbingan Shah Abu Tahir, seorang ulama Makkah terkenal. Setelah kembali dari Makkah pada 1730 pada usia 27, dia mulai mengajar lagi.
Shah Waliullah seorang yg sangat halus, gentle, dan pemikir yg independen. Dia menempuh seluruh hidupnya di Delhi dekat dinasti Mughal tetapi dia tidak pernah datang ke mahkamah Mughal untuk tujuan popularitas atau keuntungan duniawi. Kendatipun begitu audisi dan pengikutnya yg datang setiap hari mengharap bantuan spiritual berjumlah ribuan mulai dari para raja, bangsawan, kalangan Sufi, ulama dan pengemis. Tetapi dia tidak peduli pada popularitas, keuntungan duniawi atau harta, dia lebih tertarik mengabdikan dirinya dg memberikan instruksi spiritual pada para pengikutnya dan untuk beribadah pada Allah.
Pada tahun 1737 dia menterjemah Quran ke bahasa Persia untuk pertama kalinya di India. Karena hal ini para Ulama Delhi berkampanye menentangnya dan dia terpaksa meninggalkan Delhi untuk sementara. Putranya, Abdul Qodir, menterjemah Quran ke Urdu untuk pertama kali di India. Berdasarkan terjemahan Urdu inilah Girish Chandra Sen dari Bengal menterjemahkan Quran ke bahasa Bengal untuk pertama kalinya.
Tetapi Shah Waliullah tidak lupa pada situasi politik yg sedang terjadi di sekitarnya. Dinasti Mughal kehilangan kendali mereka dg cepat, kelompok Sikh, Maratha, dll mulai bangkit, sedang Inggris dan Prancis mulai menanamkan kekuatannya – semua ini membuatnya tidak tenang. Dia khususnya merasa malu melihat kejatuhan Muslim secara politis, agama dan sosial, dan karenanya dia berpidato dan berceramah untuk mendorong Muslim melakukan jihad sebagai bangsa yg bermartabat. Dua dari bukunya yg penting dalam hal ini yaitu ‘Fuyuz al-Haramayn’ (Kemenangan Makkah dan Madinah) dan ‘Tafhima al-Ilahiya’ (Memahami Tuhan) adalah contoh yg jelas dari kepeduliannya yg murni atas nasib umat.
Ide-idenya yg berapi-api inilah yg kemudian memberi inspirasi, ketika sejumlah reformis Muslim tampil di India untuk mengingatkan umat Islam untuk berjuang menentang kejahatan. Dia sepakat atas kepedulian kalangan Wahabi dari Saudi Arabia untuk membasmi segala bentuk bid’ah dan tradisi Hindu yg mengakar di kalangan Muslim. Pada waktu itu tidak ada figur yg seperti dia, yg dapat mengajak umat Islam dg memberi penafsiran Quran dan Hadits secara benar. Dia memberikan penjelasan tentang jihad dan mengilhami umat Islam seluruh India untuk berjuang menentang kejahatan dan penindas.
Dengan berbuat demikian dia, di satu sisi, membuat umat Islam India sadar pada penyebab kejatuhan mereka dalam rangka untuk membantu mereka memperbaiki posisi, dan pada sisi lain, Shah Waliullah menyiapkan Muslim India untuk sebuah jihad sejati guna mendirikan pemerintahan Islam di India. Shah Waliullah-lah yg menanam benih kebangsaan Islam pada Muslim India dan dia juga yg mengilhami mereka untuk berjihad atas hak-hak mereka.
Shah Waliullah adalah tipe figur intelektual muslim multi dimensi. Sebagai reformis yg menjadi panutan berbagai kalangan intelektual Muslim di India dan Pakistan; mulai dari pemikir konservatif semacam Maulana Maududi sampai kalangan modernis seperti Muhammad Iqbal. Ia juga dikenal sebagai seorang tokoh Sufi, Muhaddits (ahli Hadits), mufassir (ahli tafsir), mutakallim (teolog), faqih (ahli fiqih), dll. Karya-karyanya di berbagai bidang disiplin ilmu agama Islam banyak tersebar dan menjadi bacaan wajib di berbagai institusi Islam di India, Pakistan dan Bangladesh. Karya magnus opusnya adalah Syariatullah al- Balighah (bahasa Arab).