Cara Mendidik Anak Agar Percaya Diri
Mendidik Anak Agar Percaya Diri dan tidak minder itu penting karena percaya diri menjadi penggerak utama kesuksesan seseorang. Tidak ada satupun pencapaian yang dapat dilakukan tanpa adanya rasa percaya diri dalam diri si anak. Harus dibedakan antara percaya diri dan sombong. Pede berada di antara sombong dan rendah diri. Salah satu caranya adalah dengan tidak mengeritik kekurangan fisik anak tapi jangan segan mengeritik kekurangan karakternya.
Cara Mendidik Anak Agar Percaya Diri
Oleh A. Fatih Syuhud
Pola pikir dan perilaku percaya diri (confidence atau self-esteem) merupakan salah satu karakter yang harus dimiliki oleh siapapun yang ingin menjadi orang sukses di bidang apapun yang diinginkan. Dan sebagaimana kemampuan-kemampuan yang lain, perilaku percaya diri harus dipupuk sejak dini. Sejak masih anak-anak. Mengapa percaya diri itu perlu?
Self-esteem (baca, self-estim) itu penting karena ia menjadi penggerak utama seseorang untuk dapat mengimplementasikan sesuatu yang direncanakan dengan sukses. Seperti diketahui, dalam setiap tindakan diperlukan dua unsur yaitu niat (rencana) dan aksi untuk merealisir niat tersebut. Niat dapat dimiliki oleh semua orang. Akan tetapi, tindakan hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki karakter percaya diri yang baik. Percaya diri juga identik dengan kemandirian. Orang yang memiliki percaya diri yang stabil cenderung akan memiliki sikap mandiri yang stabil pula.
Persoalannya, bagaimana cara menumbuhkan karakter percaya diri pada anak agar dia dapat dewasa dengan self-esteem yang stabil? Menurut Sarah Henry, seorang ahli parenting dari AS, ada delapan langkah dasar yang harus dilakukan orang tua untuk menumbuhkan sikap percaya diri anak.
Pertama, unconditional love (rasa sayang tak terbatas). Kepercayaan diri seorang anak akan tumbuh subur manakala mendapat siraman rasa sayang yang tak terbatas dari orang tua. Jangan malu untuk menumpahkan rasa sayang dalam berbagai bentuknya seperti pujian, pelukan, dan lain-lain. Namun demikian, jangan ragu untuk mengoreksinya apabila perlu. Pastikan anak tahu bahwa yang dikoreksi adalah perilakunya yang salah. Bukan dirinya.
Kedua, perhatian. Meluangkan waktu untuk memperhatikan apa yang dilakukan atau dikatakan anak akan memberi perasaan dihargai (self-worth). Itu akan memberi pesan bahwa ia penting dan berharga bagi orang tua. Intinya, jangan terkesan Anda bosan mendengar ceritanya.
Ketiga, beri batasan yang jelas. Unconditional love bukan berarti tanpa aturan. Dan berusahalah menjalankan aturan itu secara konsisten sebagai penanaman disiplin.
Keempat, dukung pengambilan resiko yang wajar. Dorong anak untuk mencoba sesuatu yang baru seperti makan makanan berbeda, teman baru atau belajar naik sepeda. Walaupun ada kemungkinan gagal, tanpa resiko akan kecil kemungkinan sukses. Dan biasakan anak mengakui kesalahan yang dilakukannya. Dengan cara orang tua memberi contoh menyalahkan diri sendiri saat membuat kesalahan.
Kelima, jangan membandingkan. Tahan godaan untuk membandingkan anak dengan siapapun. Baik dengan saudara, tetangga atau teman kelas. Seperti, “Mengapa kamu tidak berani seperti adikmu?” Bahkan perbandingan yang positif sekalipun seperti, “Kamu pemain bola terbaik di dunia,” akan berpotensi merusak pada anak karena dia akan merasa sulit dan tertekan untuk memenuhi harapan itu. Jadi, biarkan anak tahu bahwa orang tua menghargainya apapun yang dia miliki. Maka, kemungkinan besar dia akan tahu bagaimana menghargai dirinya sendiri.
Keenam, bersikap empati. Apabila anak membandingkan kelemahan dirinya dengan kelebihan anak lain, tunjukkan sikap empati dengan penekanan bahwa dia juga punya kelebihan di samping kekurangan. Dan bahwa anak yang baik tidak harus sempurna di segala bidang.
Ketujuh, memberi dorongan (encouragement). Setiap anak memerlukan dukungan dari figur-figur tersayang, yakni orang tua. Dorongan dan motivasi bermakna mengakui adanya kamajuan, sekecil apapun itu, bukan hanya menghargai pencapaian. Jadi, hargai proses, walaupun hasilnya mungkin tidak sesuai dengan harapan.
Kedelapan, bercanda dan tertawalah bersama anak Anda. Dan jangan pernah menertawakan dia.[]