Buku A. Fatih Syuhud

Visi, pemikiran dan karya tulis A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Umar bin Khattab

Umar bin Khattab *
Oleh A. Fatih Syuhud

Umar bin Khattab adalah Sahabat Rasulullah yang memiliki banyak kelebihan dan keunggulan baik dari segi kualitas pribadi, fisik, kecerdasan, kearifan, ketajaman insting dan keikhlasan serta loyalitas yang tinggi pada Islam. Umar bukan tergolong kalangan yang paling awal masuk Islam. Ia baru menjadi seorang muslim setelah lima tahun Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul. Bahkan masa awal kerasulan Nabi, Umar menjadi salah satu penentang Islam yang paling gigih dan ditakuti. Tapi begitu ia menjadi bagian dari umat Islam, ia langsung mengabdikan diri secara total pada Islam sehingga dalam waktu tidak lama Umar masuk di dalam lingkaran utama Sahabat Rasulullah di samping Abu Bakar, Utsman dan Ali bin Abu Thalib.

Umar bin Khattab lahir di Mekkah sekitar tahun 586 atau 590 masehi yakni 40 tahun sebelum Hijrah. Ia lahir 13 tahun setelah kelahiran Nabi. Umar dikenal sebagai pribadi yang jujur dalam arti yang sebenarnya. Ketika ia masuk Islam tidak ada hal lain yang memotivasinya untuk melakukan itu kecuali karena murni disebabkan oleh keyakinannya akan kebenaran Islam. Kejujuran Umar inipun mendapat pengakuan langsung dari Rasulullah sendiri. Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran itu pada lisan dan hati Umar.”

Kejujuran membawa keikhlasan. Dan sikap ikhlas berdampak pada kuatnya keyakinan dan keimanan. Itulah yang terjadi pada Sahabat Umar. Keimanan dan keislamannya total, kaffah dan tidak parsial. Dalam arti, segala perilaku Umar setelah masuk Islam betul-betul berdasarkan pada tuntunan syariah semata. Ia membuang segala pengaruh masa lalu yang tidak sesuai dengan syariah Islam bukan hanya dalam masalah ibadah, tapi juga perilaku keseharian lainnya. Itulah yang membuat Umar istimewa di mata Nabi. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim Nabi memuji totalitas Umar dalam berislam. Nabi bersabda: “Pada saat aku tertidur aku melihat manusia berdatangan kepadaku dan mereka memakai baju pada badan mereka, di antara mereka ada yang bajunya sampai dada mereka, dan di antara mereka ada yang di bawah susu, lalu Umar datang dan dia memakai baju yang sangat panjang. Para Sahabat bertanya: ‘Apakah penafsiran mimpi tersebut wahai Rasulullah?’ Nabi bersabda: “Agama (pemahaman terhadap agama) .”

Keperkasaan fisik, keberanian, kecerdasan dan kearifan biasanya tidak berkumpul bersamaan dalam diri seseorang. Akan tetapi Umar memiliki itu semua. Umar dikenal karena kekuatan fisik dan keberaniannya sehingga Nabi pun berdoa agar Islam dapat berjaya dengan adanya Umar. Dalam hadits riwayat Tirmidzi, Nabi berdoa: “Ya Allah, Muliakanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua lelaki yang Engkau sukai, yaitu Abu Jahl atau Umar bin Al-Khattab”. Ibnu Abbas berkata: “Maka yang lebih dicintainya adalah Umar.” Akan halnya keberanian Umar, Ibnu Abbas menyatakan: “Orang yang pertama masuk Islam secara terang-terangan adalah Umar.”

Kecerdasan dan kearifannya telah membuat sejumlah pendapat dan nasihatnya pada Nabi diikuti oleh Rasulullah dan bahkan dikonfirmasi oleh Al-Quran. Dalam hadits riwayat Bukhari Muslim, Umar berkata, “Pendapatku sesuai dengan ayat-ayat Allah pada tiga perkara. Aku berkata, “Wahai Rasulullah seandainya kita menjadikan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, maka turunlah firman Allah: “Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat salat”. (QS. Al- Baqarah: 125). Dan ayat tentang hijab, aku berkata, “Wahai Rasulullah, seandainya engkau menyuruh kepada istri-istrimu untuk berhijab, sebab orang yang berbicara dengan mereka adalah orang yang baik dan buruk, lalu turunlah ayat tentang hijab (Al Ahzab :59) maka berkumpullah para istri Nabi Muhammad dan cemburu kepadanya maka aku berkata kepada mereka (dengan membacakan sebuah ayat): “Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu…”. (QS. Al-Tahrim: 5).

Begitu juga, pendapat Umar sesuai dengan ayat Allah di dalam sikap terhadap tawanan perang Badar, dan masalah meninggalkan shalat atas orang munafik dan banyak lagi pendapat-pendapat yang lain.

Kualitas kepemimpinan, keilmuan dan keislaman Umar hanya berada di bawah Nabi. Dan itu diakui Nabi sendiri saat beliau bersabda: “Kalau ada Nabi setelah aku, maka itu adalah Umar.” Dan secara kebetulan, Michael H. Hart, seorang non-muslim keturunan Yahudi, dalam bukunya The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History pada 1979 menempatkan Umar dalam ranking ke-51 dari 100 tokoh paling berpengaruh dunia sepanjang sejarah. Sedangkan peringkat pertama adalah Nabi Muhammad.[]

^Ditulis untuk Buletin SANTRI Ponpes Al-Khoirot Malang

Umar bin Khattab
Kembali ke Atas