Buku A. Fatih Syuhud

Visi, pemikiran dan karya tulis A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Pesantren

Buku Santri, Pesantren dan Tantangan Pendidikan Islam oleh A. Fatih Syuhud
Buku Santri, Pesantren dan Tantangan Pendidikan Islam oleh A. Fatih Syuhud


Buku Santri, Pesantren dan Tantangan Pendidikan Islam
ditulis bersama oleh pengasuh Ponpes Al-Khoirot dan dieditori oleh A. Fatih Syuhud. Buku ini diterbitkan oleh Pustaka Al-Khoirot pada tahun 2008.

Judul buku: Buku Santri, Pesantren dan Tantangan Pendidikan Islam
Penulis: A. Fatih Syuhud
Penerbit: Pustaka Al-Khoirot
Tahun terbit: April 2008
Alamat: Pondok Pesantren Al-Khoirot Jl. KH. Syuhud Zayyadi No. 01 Karangsuko, Pagelaran (Gondanglegi), Malang 65174, Jawa Timur.

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI BUKU SANTRI, PESANTREN DAN TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM

PENGANTAR


BAB I PESANTREN, SANTRI DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN


BAB II: TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM


BAB III: LANSKAP KEPRIBADIAN ISLAM


BAB IV: PENUTUP

  • Tentang Penulis

PENERBIT: PUSTAKA AL-KHOIROT
WEBSITE: pustaka.alkhoirot.com
Email: alkhoirot@gmail.com


PENGANTAR PENULIS

Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah. Wassalatu wassalamu ‘ala Rasulillah.

Salah satu paradigma filosofis Pondok Pesantren Al-Khoirot sejak pendiriannnya pada empat dekade yang lalu adalah untuk mencetak santri yang memiliki komitmen tinggi pada keilmuan agama. Dan sudah umum diketahui bahwa kadar kualitas dan komitmen keilmuan seseorang akan dapat diketahui dengan sedikitnya dua cara yaitu dengan mengajar dan menulis karya ilmiah.

Metode mengajar tentu saja tetap menjadi salah satu unsur pokok transfer keilmuan secara internal dan diakui sebagai sistem pedagogi paling efektif. Sementara karya tulis menjadi piranti efisien sebagai perangkat transfer keilmuan eksternal yang memiliki jangkauan luas sampai di luar batas ruang lingkup pesantren, negara dan bahkan usia penulis itu sendiri.

Oleh karena itu, suatu karya tulis bagi santri menjadi keharusan karena ia menjadi saksi perkembangan dan dinamika keilmuan dan pemikiran tidak saja bagi santri itu sendiri, tapi juga mewakili dinamika kehidupan umat pada satu masa tertentu; pada masa sebuah karya itu ditulis.

Dengan spirit inilah PP Alkhoirot, melalui lembaga penerbitannys, Pustaka Alkhoirot, bertekad untuk terus mengembangkan momentum dan tradisi berkarya ulama-ulama terdahulu dalam merespons dan menyikapi problematika sosial, budaya dan keagamaan di masa kini.

Kalangan santri dan pesantren sering mengeluh dan mengkritik pedas atas adanya berbagai pemikiran baru, termasuk wacana keislaman, yang berkembang di luar pesantren seperti kontroversi pemikiran kelompok Islam Liberal, beberapa pola pikir mbalelo sejumlah mahasiswa dan akademisi IAIN / UIN sampai pada masalah klasik: friksi furu’iyah dengan Muhammadiyah, dan termasuk juga berbagai problematika sosial budaya semacam narkoba, kriminalitas dan pergaulan bebas.

Sayangnya, semua respons atas berbagai permasalahan di atas dibahas hanya dalam perbincangan sehari-hari, dalam forum tertutup atau dalam suatu pertemuan tertentu tanpa ada yang peduli untuk mencatatnya dalam suatu bentuk karya tulis yang dapat dibaca oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk oleh kalangan yang menjadi sumber kritikan. Sikap semacam ini pada dasarnya sama dengan sikap diam. Ketika kata-kata kita hanya bergaung dalam rumah kita sendiri, maka apa yang dilihat oleh kalangan eksternal pesantren adalah kediaman dan kebisuan kalangan santri dan pesantren.. Konseksuensinya, santri, pesantren dan kyai sebagai unsur-unsur pokok dalam suatu pesantren dianggap tidak responsif. Dan akhirnya, kita membiarkan “orang lain” di luar pesantren berbicara dengan mengatasnamakan pesantren.

Hal ini tidak boleh lagi terjadi. Pesantren beserta seluruh jajaran di dalamnya harus mulai bergerak maju dan dinamis selaras dengan spirit al muhafadzah alal qadimissalih wal akhdzu alal jadid al ashlah.

Dalam konteks inilah, buku Pesantren, Santri dan Tantangan Pendidikan Islam ini diterbitkan. Publikasi perdana dari Pustaka Alkhoirot ini tentu saja masih jauh dari sempurna. Buku ini bukanlah tulisan utuh, ia merupakan kumpulan mozaik sejumlah artikel yang sebagian besar pernah diterbitkan dalam Buletin Alkhoirot. Oleh karena itu, sebagaimana layaknya buku-buku anthologi, .sistematika berpikirnya tidak runut dan terkesan meloncat-loncat. Ia terkadang tidak mewakili secara penuh ekspektasi pembacanya saat melihat judul buku. Kelebihan dari buku semacam ini adalah ia dapat dibaca secara acak. Dari halaman daftar isi, pembaca dapat memilih mana judul tulisan yang ingin dibaca lebih dulu karena setiap tulisan memiliki nuansanya sendiri dan setiap buku anthologi bisa dianggap sebuah lanskap lukisan yang detail-detailnya masih memerlukan penanganan lebih matang dari para ‘pelukis’ (baca, penulis) santri di penerbitan-penerbitan selanjutnya. Insyaallah.

Akhirnya, saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan bukan hanya dalam rangka perbaikan buku ini pada cetakan berikutnya, tapi juga pada Pustaka Alkhoirot sebagai penerbit buku-buku kesantrian, kepesantrenan dan keislaman..

Last but not the least, kami ingin mengungkapkan rasa terima kasih kami kepada segenap pihak yang telah mendorong kami untuk menerbitkan buku ini. Khususnya kepada kalangan pesantren dan pengasuhnya yang telah memberi dukungan moril atas rencana penerbitan buku ini. Tiada yang lebih membesarkan hati selain tak kala melihat spirit kebersamaan, solidaritas dan ta’awun alal birri yang ditunjukkan sejumlah pesantren kepada setiap penerbitan kami. Kesamaan garis perjuangan seluruh pesantren untuk melihat umat Islam Indonesia menjadi lebih baik dan lebih maju di segala bidang memang menjadi prasyarat yang lebih dari cukup untuk merekatkan rasa kesatuan dan persatuan di kalangan pesantren dan pengasuhnya.

Ponpes Al-Khoirot Karangsuko Malang, 19 Januari 2008

A Fatih Syuhud
Website : www.fatihsyuhud.com


TREN ISLAM

Tren Islami

Rasulullah bersabda: Tidak beriman seseorang kecuali kalau aku lebih dia cintai dari dirinya sendiri, orang tua dan anaknya dan seluruh umat Islam. (HR Bukhari)

Manusia adalah makhluk sosial artinya manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia yang lain. Mereka saling bergantung dan selalu cenderung untuk saling berhubungan dan menjalin komunikasi. Pergaulan antar-manusia menjadi kebutuhan dan karena itu sebagian besari kandungan Al Quran berisi panduan supaya hubungan antar-manusia (hablun minannas) ini berjalan dengan harmonis dan tertata dengan baik.

Dalam pola hidup semacam ini maka saling mempengaruhi adalah konsekuensi yang tak terhindarkan. Dalam realitasnya, umumnya orang atau golongan yang memiliki karakter dan kelebihan lebih kuat akan mempengaruhi mereka yang karakternya lebih lemah. Orang kaya, misalnya, akan cenderung diikuti gaya dan perilakunya oleh orang miskin. Karena orang miskin cenderung ingin mengidentifikasi dirinya dengan orang kaya supaya dianggap kaya juga. Jarang terjadi kasus sebaliknya di mana orang kaya meniru gaya perilaku orang miskin agar supaya dianggap miskin.

Orang pintar akan cenderung ditiru oleh orang yang bodoh atau yang kurang pintar. Mubaligh kondang seperti Aa Gym dan Zainuddin MZ banyak ditiru total seluruh gayanya oleh para pengagumnya (baca, orang yang lebih lemah). Kita melihat banyak mubaligh yang tutur kata, baju dan sorbannya meniru kedua dai tersebut. Begitu juga kita mengenal baju koko ala Jefri, seorang mubaligh terkenal.

Orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal menjadi penentu tren karena mereka menempati posisi sebagai figur yang dianggap menjadi sumbol kesuksesan di bidangnya masing-masing.oleh kalangan yang merasa kurang atau belum sukses.

Permasalahan timbul ketika definisi “sukses” itu menjadi samar dan kelabu. Ketika sukses itu tidak berbanding lurus dengan kebenaran yang Islami. Di sini kita melihat fenomena di mana tidak sedikit dari umat Islam yang lebih cenderung untuk mengikuti simbol-simbol kesuksesan tanpa peduli apakah itu sesuai dengan prinsip nilai ideal Islam atau tidak. Kita melihat kuatnya pengaruh TV dengan program-program sampah seperti sinetron cengeng,, gosip-gosip murahan dan pola hidup artis yang notabene sedikit lebih tinggi statusnya dari PSK (walau tidak semuanya). Lirik-lirik lagu pop yang sebagian isinya mengandung atau mengajak bersikap yang tidak Islami menjadi terbiasa didendangkan oleh anak-anak kecil, remaja-remaja kita tanpa mereka sadar bahwa di dalamnya berpotensi merusak cara be rpikir dan bersikap.

Oleh karena itu, Rasulullah mengingatkan dalam Hadits di atas bahwa Rasulullah dan ajarannya hendaknya menjadi standar umat dan penentu tren dalam berpikir dan berperilaku umat Islam. Islam telah menunjukkan dua jalan baik dan buruk dan hanya mereka yang memilih jalan yang benar yang akan menjadi individu sukses di dunia dan akhirat (Al Balad 90:17). Islam adalah agama terbuka, ia tidak melarang seorang Muslim untuk mengetahui budaya dan perilaku buruk golongan lain (Ali Imran 3:138) asal dengan tujuan agar kita tidak ikut terjerumus ke dalam kesesatan dan segala dampak negatif yang diakibatkan olehnya.

Pada waktu yang sama, Islam juga menganjurkan agar kita melihat dan mempelajari nilai-nilai positif yang dimiliki umat lain (An Nisa’ 4:26) agar kita dapat belajar dan meneladaninya. Prinsip keterbukaan Islam semacam ini yang perlu kita ingat dan implementasikan dalam keseharian hidup kita agar kita menjadi umat Islam yang kaffah (total) yang memandu hidup kita selama 24 jam setiap harinya dalam seumur hidup kita. Wallahu a’lam.[]

Kembali ke Atas