Pendisiplinan Anak
Pendisiplinan Anak
Oleh: A. Fatih Syuhud
Punishment (hukuman atau sanksi) bagi anak bertujuan untuk mendisiplinkan anak. Dan karena itu, ia juga disebut dengan pendisiplinan. Pendisiplinan anak merupakan bagian tersulit dari proses pendidikan anak dalam keluarga. Terutama bagi orang tua yang “tidak tegaan”. Banyak orang tua yang karena saking sayangnya pada anak membiarkan saja apapun yang anak lakukan dengan berbagai macam alasan. Seperti, “Ah, masih kecil. Biar saja.” Atau , “Kalau dilarang menangis terus. Jadi, biarkan saja,” kata orang tua seorang balita yang anaknya perokok berat.
Tidak menuruti keinginan anak, apalagi memberikan sanksi atas perilaku buruk anak, memang terasa berat. Ini terjadi karena pendisiplinan terkesan bertentangan dengan “suara hati” orang tua yang selalu ingin menunjukkan rasa kasih sayangnya pada anak secara terus menerus. Namun, suara hati tersebut harus dibuang jauh-jauh, kalau orang tua ingin melihat anaknya sukses, mandiri dan menjadi pemimpin—setidaknya pemimpin untuk dirinya sendiri. Pendisiplinan anak adalah keharusan. Dan itu harus dimulai sejak dini. Sejak anak berusia satu hari. Namun demikian, harus diingat bahwa hukuman tidak harus identik dengan kekerasan fisik, bentakan atau hardikan. Sebaliknya, sanksi model ini justru harus betul-betul dihindari apabila kita ingin melihat anak kita tumbuh dengan sehat, cerdas dan percaya diri.
Secara garis besar hukuman terbagi menjadi lima. Yaitu (a) hukuman denda; (b) hukuman lisan; (c) hukuman fisik; (d) menahan tidak memberikan penghargaan; (e) disiplin isolasi.
Hukuman Denda
Anak dikenai denda atas kesalahan yang dia lakukan. Contoh, apabila anak merusak jendela maka ia didenda tidak mendapat uang saku selama seminggu.
Hukuman Lisan (Verbal)
Hukuman lisan hendaknya terkontrol dan tidak terlalu banyak agar efektif. Ia dapat berupa ekpresi marah dengan suara agak keras kalau perlu. Yang terpenting membuat anak sadar atas kesalahannya. Hindari mencemooh dan menghina karena itu akan merendahkan raya percaya dirinya.
Hukuman Fisik
Orang tua yang frustrasi kadang menggunakan pukulan untuk mendisiplinkan anak. Terkadang sampai membuat anak cacat. Hukuman fisik hendaknya menjadi pilihan terakhir. Kalau bisa dihindari sama sekali. Karena pukulan ringan pun akan mengindikasikan pada anak bahwa kekerasan adalah perilaku yang dapat diterima.
Menunda Penghargaan
Ini salah satu metode yang cukup efektif untuk mendisiplinkan anak apabila dia melakukan kesalahan. Sebagai contoh, apabila dia tidak mengerjakan PR-nya maka dihukum dengan tidak boleh menonton tv.
Hukuman Isolasi
Ini tipe hukuman paling ringan tapi sangat efektif dalam pendisiplinan anak. Caranya, dengan mengisolasi anak duduk atau berdiri di dalam kamar atau ruang tengah sendirian dalam waktu tertentu. Tujuannya sama untuk menyadarkan anak bahwa ia telah berbuat kesalahan. Para psikolog sepakat bahwa hukuman tipe ini efektif untuk anak usia 18 sampai 24 bulan tapi dapat juga diberlakukan pada anak di bawah 18 bulan. Jangan lupa menanyakan pada anak mengapa dia diisolasi. Apabila jawabannya kurang jelas, ingatkan apa perilakunya yang salah dan apa yang sebaiknya dilakukan.
Mendidik anak dalam keluarga adalah proses dalam hitungan detik, menit, jam dan hari. Orang tua yang betul-betul sayang tentu akan sangat menikmati proses ini.[]