Metode Pendidikan Islam
Metode Pendidikan Islam adalah cara mendidik anak yang sesuai dengan syariah dalam arti tidak bertentangan dengan aturan hukum Islam. Pada dasarnya Islam memberi peluang yang luas bagi muslim untuk berinovasi dalam mendidik anak
Oleh A. Fatih Syuhud
Islam memberi penekanan khusus pada pentingnya umat Islam memperoleh pendidikan setinggi mungkin (minal madhi ilal lahdi). Pendidikan adalah hak bagi setiap muslim. Investasi dalam pendidikan adalah investasi terbaik yang ditanamkan sesorang.
Salah satu komponen penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan adalah ketepatan menentukan metode. Kalangan pemikir muslim memiliki berbagai pendapat tentang metode pendidikan Islam.
M. Arifin dalam Ilmu Pendidikan Islam, menetapkan sembilan prinsip yang harus dipedomani dalam menggunakan metode pendidikan Islam, yaitu (a) prinsip memberikan suasana kegembiraan, (b) prinsip memberikan layanan dengan lemah lembut, (c) prinsip kebermaknaan, (d) prinsip prasyarat, (e) prinsip komunikasi terbuka, (f) prinsip pemberian pengetahuan baru, (g) prinsip memberikan model prilaku yang baik, (h) prinsip pengamalan secara aktif, (i) prinsip kasih sayang.
Pendapat M. Arifin di atas terkesan agak filosofis dan umum.. Menurut hemat penulis, pendapat yang lebih implementatif dan sederhana adalah rumusan yang disampaikan oleh Muhammad Qutb dalam Manhaj at Tarbiyah al Islamiyah (Metode Pendidikan Islam) dan Abdullah Nasih ’Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad fil Islam (Pendidikan Anak dalam Islam), yang membagi metode pendidikan Islam dalam lima tahapan. Yang pertama adalah melalui keteladanan atau qudwah. Kedua adalah dengan pembiasaan atau adah. Ketiga adalah melalui pemberian nasihat atau mau’idzah. Keempat dengan melaksanakan mekanisme kontrol atau mulahadzah. Dan kelima dengan metode pendidikan melalui sistem sangsi atau uqubah. Dalam istilah pendidikan modern, yang terakhir ini disebut dengan reward and punishment.
Sementara itu, Al Ghazali (1055-1111 M) berpendapat bahwa seluruh metode pendidikan harus berpegang teguh pada syariat Islam.
Menurut Al Ghazali, tujuan manusia adalah mencapai kebahagian dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan kata lain, berbagai macam tujuan manusia untuk mendapatkan kekayaan, kekuasaan sosial, ilmu pengetahuan, hanyalah sebuah ilusi jika semua itu hanya berhubungan dan ditujukan untuk pencapaian dunia fana.
Al-Ghazali menekankan pentingnya pembentukan karakter. Dengan memberikan pendidikan karakter yang baik maka orang tua sudah membantu anak-anaknya untuk hidup sesuai jalan yang lurus. Namun, pendidikan yang buruk akan membuat karakter anak-anak menjadi tidak baik dan berfikiran sempit sehingga sukar membawa mereka menuju jalan yang benar kembali.
Oleh karena itu, anak-anak harus belajar di sekolah yang baik sehingga pengetahuan yang diperoleh sejak masih kecil akan baik dan melekat kuat. Anak juga harus diyakinkan bahwa mereka harus selalu mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya.
Pada masa anak-anak, orang tua harus mengajari mereka ilmu Al Quran dan Hadits. Selain itu, sebisa mungkin dihindarkan dari mendengar lagu-lagu romantis apalagi yang vulgar. Sebab hal itu, kata Al Ghazali, dapat menjadi bibit yang buruk bagi jiwa seorang anak.
Anak-anak juga harus diajari mematuhi nasihat orang tua, guru, serta orang-orang yang lebih tua. Selain itu mereka juga harus dididik menjadi orang yang jujur, sederhana, dermawan, dan beradab. Dan tak kalah pentingnya, mereka sebaiknya memiliki teman yang bermoral baik, berkarakter, pandai, serta jujur.[]