fatihsyuhud.net

Buku A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Profil Sir Syed Ahmed Khan

sir syed ahmed khan

Biografi dan Riwayat Singkat Sir Syed Ahmad Khan

Sir Syed Ahmed Khan, lahir pada 17 Oktober, 1817, edukator Muslim, Hakim dan penulis, adalah pendiri dari Anglo-Mohammedan Oriental College di Aligarh (yang kemudian setelah menjadi universitas berubah nama ‘Aligarh Muslim University’ atau AMU), Uttar Pradesh, India, dan menjadi motivator utama dibalik kebangkitan Islam India pada akhir abad 19. Karya-karyanya, dalam bahasa Urdu, termasuk kumpulan Esai tentang Kehidupan Nabi Muhammad (187 hlm) dan komentarnya atas Injil dan Quran. Pada 1888 beliau mendapat anugerah Knight Commander of the Star of India.

Keluarga Syed, walaupun progresif dan moderat, tapi sangat dihormati oleh dinasti Mughal waktu itu. Ayahnya, yang menerima gaji dari pemerintahan Mughal, termasuk seorang Sufi; kakeknya pernah dua kali menjabat sebagai perdana menteri imperium Mughal. Saudaranya mendirikan salah satu percetakan pertama di Delhi dan pendiri koran pertama dalam bahasa Urdu, bahasa utama Muslim India utara (Bombay sampai Kashmir dan Pakistan sekarang)

Kematian Ayahnya membuat kehidupan ekonomi menjadi sulit, dan setelah studi yg tidak terlalu tinggi, diapun harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dimulai dari menjadi pegawai di East India Company pada 1938, tiga tahun kemudian terpilih menjadi wakil hakim dan bekerja di berbagai tempat.

Sir Syed memiliki kepribadian yg cakap, dan posisinya dalam departemen kehakiman membuat dia dapat aktif di berbagai bidang. Karirnya sebagai penulis (bahasa Urdu) dimulai pada usia 23 dalam bidang keagamaan. Pada 1857 dia menerbitkan sebuah buku, “Athar Assandid” (Monumen Orang Besar), tentang keunikan Delhi. Yg lebih signifikan adalah buku kecilnya “Penyebab Revolusi India”. Selama pemberontakan India dia berpihak pada Inggris, tetapi kelemahan dan kesalahan penjajah Inggris mengakibatkan pada ledakan ketidakpuasan seluruh INdia. Dia sangat berpengaruh di kalangan pejabat Inggris dan pada kebijakan mereka.

Ketertarikannya pada agama juga tetap aktif. Dia memulai menulis tafsir Injil dg pendekatan simpatik, menulis esai tentang Kehidupan Nabi Muhammad (yg diterjemahkan ke Inggris oleh putranya), dan meluangkan waktu untuk menulis beberapa volume penafsiran qur’an modern. Dalam karya2nya ini dia mencoba mengharmonikan ajaran Islam dengan ide2 progresif dan saintifik pada zamannya.

Kendatipun begitu, ketertarikan utama dalam hidupnya tetaplah dunia pendidikan, dalam arti luas. Dia mulai mendirikan sekolah di Muradabad (18578) dan Ghazipur (1863). Yang lebih ambisius lagi adalah pendirian Scientific Society, yang menerbitkan sejumlah terjemahan dari buku2 teks pendidikan dan menerbitkan jurnal dwi-bahasa, dalam bahasa Urdu dan Inggris.

Institusi2 ini dapat dipakai oleh semua warga dan dioperasikan secara gabungan oleh umat Hindu dan Muslim. Pada akhir 1860-an terjadi perkembangan yg sedikit mengganggu aktifitasnya. Pada 1867 dia ditransfer ke Benares, sebuah kota dekat sungai Gangga yg memiliki signifikansi keagamaan mendalam bagi umat HIndu. Pada waktu yg hampir bersamaan sebuah gerakan dimulai di Benares untuk mengganti bahasa Urdu, bahasa yg dibentuk oleh Muslim, dg bahasa HIndi. Pergerakan ini dan berbagai usaha untuk menjadikan bahasa HIndi sebagai ganti Urdu untuk penerbitan The Scientific Society meyakinkan Syed bahwa jalan umat HIndu dan Muslim terpaksa harus berbeda arah. Dg demikian, ketika Syed berkunjung ke Inggris (1869-70) dia menyiapkan rencana untuk mendirikan institusi pendidikan besar, yg diharapkan akan menjadi “Cambridge-nya umat Muslim”. Setelah kembali dari Inggris dia membentuk Komite untuk tujuan ini dan juga mulai menerbitkan jurnal berpangaruh, ‘Tahdhib al-Akhlaq’ (reformasi sosial), dg tujuan untuk ‘mengangkat dan mereformasi umat Islam’. Satu sekolah Muslim terbentuk di Aligarh pada Mei 1875, dan setelah masa pensiunnya paa 1876, Syed mengabdikan waktunya untuk memperluasnya menjadi sebuah college. Pada 1877 guberur jendral (viceroy) Inggris meletakkan batu pertama pendirian college tsb. Kendati terdapat sejumlah tantangan pada proyeknya ini, tapi college ini maju dg pesat. Pada 1886 Syed mengorganisir “the All India Muhammadan Educational Conference”, yg bertemu setiap tahunnya pada tempat2 yg berbeda untuk mempromosikan pendidikan dan guna memberi sebuah platform umum pada umat Islam. Sampai dibentuknya Muslim League pada 1906, badan ini menjadi pusat nasional utama bagi Islam India.

Syed menganjurkan pada umat Islam India untuk tidak terlibat dalam politik aktif dan mengkonsentrasikan diri pada dunia pendidikan. Kemudian, ketika sejumlah Muslim bergabung dg Indian National Congress, dia menentang kuat organisasi dan tujuan pendiriannya, yg antara lain untuk mendirikan demokrasi parlementer di India. Dia beralasan bahwa dalam sebuah negara di mana pemisahan komunal sangat terasa dan pendidikan serta organisasi politik hanya terakses oleh sebagian kecil kalangan tertentu, demokrasi parlementer hanya akan berhasil minimum. Umumnya, Muslim mengikuti anjurannya dan tidak aktif dalam politik sampai beberapa tahun kemudian ketika mereka mendirikan organisasi politik sendiri, yaitu Muslim League.

Tokoh reformis besar ini wafat pada 27 maret 1898, di Aligarh, India.

Sir Syed (1812-90) sbg Mufassir: Sorga/Neraka & Mi’raj Nabi

Mahasiswa Program S2, Aligarh Muslim University, India, asal Takengon, Aceh.

Dengan sepuluh poin kerangka metodologi tafsir yg diformulasi oleh Sir Syed Ahmad Khan ini, tidak ada poin yg mengundang kontroversi kecual poin keempat yg berkaitan dg Wahyu. Ide pokok Sir Syed adalah untuk membuktikan bahwa Islam itu agama yg sangat rasional dan natural, kendatipun terdapat satu atau dua pertanyaan sulit yg oleh pengeritik Islam banyak diperbincangkan. Satu adalah soal wahyu dan kedua menyangkut mi’raj (naiknya nabi ke langit); ketiga adalah konsep sorga dan neraka. Sir Syed bersusah payah menghindari inkonsistensi yg berkaitan dg konsep2 ini, ketika dinilai secara rasional. Oleh karena itu, dia beralasan bahwa Wahyu dan hukum2 natural adalah identik. Wahyu bekerja sebagai insting natural dalam bentuk kehidupan yg lebih tinggi, dan Nabi-nabi dipakai sebagai medium untuk tujuan tersebut. Wahyu hanyalah rasionalitas manusia yg diberikan sebagai sebuah kode moral guna membimbing kemanusiaan pada jalan yg lurus. Akal berfungsi untuk mengetahui ciptaan Tuhan! di bumi dan memahami Tuhan itu sendiri. Para filsuf, sufi dan Nabi-nabi lebih mengetahui adanya Tuhan dibanding yg lain, karena mereka lebih mengkonstrasikan pikirannya lebih intensif dibanding yg lain dalam ketuhanan ini. Terkadang ilmu pengetahuan datang pada mereka secara tiba-tiba yg mana kejadian ini dalam onkologi diidentikkan dg sejumlah nama termasuk Jibril. Ada Nabi-nabi sejati dan nabi-nabi palsu. Nabi palsu adalah mereka yg kandungan pesan kewahyuannya tidak sesuai dg hukum2 alam dan logika. Sir Syed menggunakan alam sebagai sebuah sistem yg dekat dari alam yg mengikuti mekanika dan fisika hukum tertentu dan sesuai dg model dan prinsip tertentu pula.

Teori Darwin dan Ruh

Sir Syed barangkali intelektual Muslim pertama yg percaya akan teori Evolusi Darwin, dan mengatakan bahwa teori ini ditegaskan dalam Quran yg menyatakan bahwa satu spesies ciptaan itu berkaitan dg yg lain, dan bahwa manusia adalah ciptaan terakhir di mana sebelumnya hanya kerajaan hewan dan tumbuhan yg ada. Dia berpendapat bahwa ruh sebagai sebuah realitas pragmatik yg ada baik pada manusia maupun hewan, perbedaannya adalah pada kadar kesadaran yg diberikan pada keduanya. Ruh atau jiwa manusia dapat bertingkat mulai dari riset saintifik sampai pada tidak berperikemanusiaan yg mendasar. Ia eksis dalam esensinya dan karena itu bersifat abadi (immortal).

Ruh atau jiwa dalam keabadiannya itu bertanggung jawab pada Tuhan, sebagai ma’ad (tempat kemabali). Ruh akan bertanggung jawab pada Tuhan atas kebajikan atau kejahatan yg dia perbuat di bumi. Pertanggung jawaban ini akan terjadi pada Hari Akhir (Kiamat), hari di mana segala ruh akan dibangkitkan dalam bentuk fis! ikal yg berbeda-beda.

Mi’raj, Malaikat dan Sorga/Neraka, dan otentisitas Hadits

Tentang persoalan Mi’raj atau kenaikan Nabi ke langit, Sir Syed mengatakan bahwa ia hendaknya tidak ditafsirkan secara literal. Nabi tidak mengalami mi’raj secara fisik, dan bahkan tidak mi’raj spiritual, tetapi hanyalah sebuah mimpi. Dalam soal ini Sir Syed menjadi sasaran serangan dari kalangan tradisionalis, akan tetapi dia tetap bersikukuh dg pendapatnya.

Tentang malaikat (angiology) dan Sorga (demonology) dalam Islam, dia mengatakan bahwa malaikat merupakan sifat dari makhluk2 segaimana sifat keras pada batu, mengalirnya air, intuisi kognitif pada manusia. Dia menolak sejumlah Hadits yg bertentangan dg akal dan mengatakan bahwa hadits otentik hendaknya sesuai dg tiga prinsip pokok: pertama, ia harus searah dg Quran. Kedua, ia harus berhubungan dg formulasi legal yg tidak disinggung dalam Quran, dan ketiga, hadits itu harus menjadi penjelas dari perintah dalam Quran.

Jihad, Poligami dan Perbudakan

Dia juga membahas poin2 sensitif Islam seperti soal jihad, poligami dan perbudakan. Tentang jihad, dia berpendapat bahwa Islam hanya memerintahkan perang defensif, dan bahwa manusia berhak untuk bertempur ketika ada pihak yg hendak menghancurkannya. Jihad dalam arti literal bermakna perjuangan, berusaha sekuat tenaga, atau berusaha, dan hanya karena implikasi tertentu ia menjadi bermakna perang dalam membela Islam. Ia lebih berguna apabila dipakai dalam arti pencarian kebenaran yg intensif yg akan membawa pada ide2 dan kebaikan2 baru. Tentang perbudakan, Sir Syed mengatakan bahwa manusia diciptakan dalam kebebasan dan dianugerahi akal, dan apabila dia menjadi tuan atas dirinya sendiri, dia tidak dapat menjadi budak orang lain. Islam mengindikasikan sejumlah cara dan jalan dg mana seorang budak dapat menjadi merdeka. Ketika Islam mengajarkan kesatuan Tuhan dan kesatuan manusia, tidak ada ruang lagi bagi seseorang untuk menjadi tuan dan yg lain menjadi budak.

Sumbangan Pemikiran Sir Syed

Singkatnya, Sir Syed telah memberi kontribusi empat poin pokok dalam pemikiran keagamaan. pertama, dia berhasil membuang kesalah pahaman Barat ttg Islam. Kedua, dia membela Islam sebagai agama yg benar dan sejati, berdasarkan akal dan hukum2 alam. ketiga, dia mencuci habis akumulasi debu2 badan ajaran Islam selama berabad-abad. Keempat, dia menawarkan sejumlah penafsiran baru yg segar dalam beberapa ajaran Islam berdasarkan keadaan. Dia sangat berhasil dalam tiga poin awal, kecuali yg keempat di mana sejumlah kalangan umat Islam memiliki pendapatnya sendiri. Sir Syed berpikiran untuk merekonsiliasi agama dg sains dg basis bahwa sains adalah kebenaran, dan agama juga suatu kebenaran, akan tetapi kebanyakan kalangan Muslim lain berpikir sebaliknya. Sains adalah benda, sedang agama merupakan spirit. Sains bersifat relatif, sedang agama bersifat absolut. Sains adalah ilmu pengetahuan sedangkan agama merupakan keimanan. Sains adalah pemahaman intelijen dunia, sedang agama ! merupakan kontemplasi intuitif alam. Sains berfungsi dalam ruang dan waktu, sedang agama masuk (penetrate) dalam ruang dan waktu itu. Sir Syed tidak membuat distingsi ini. Dia berargumen bahwa sains memasuki domain Ketuhanan untuk menjelaskan hukum2 alam yg bertujuan sebagai manifestasi dari Kehendak Tuhan.

Kembali ke Atas