Buku A. Fatih Syuhud

Visi, pemikiran dan karya tulis A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Rumah Tangga Agamis (4): Prioritas Pendidkan Anak

Rumah Tangga Agamis (4): Prioritas Pendidkan Anamalk Membekali anak dengan pendidikan yang agama dan umum yang baik, formal dan infor adalah mutlak diperlukan. Anak dan istri juga harus dididik cinta ibadah dan suka beramal agar terjadi keseimbangan hidup dan kebahagiaan hakiki.

Rumah Tangga Agamis (4): Prioritas Pendidikan Anak
Oleh A. Fatih Syuhud

Sebuah rumah tangga yang sudah memenuhi tiga syarat utama untuk disebut agamis akan kurang lengkap kalau syarat yang keempat belum terpenuhi: yaitu pendidikan yang tinggi sebagai prioritas utama bagi anaknya. Kalau sebuah keluarga berasal dari keluarga yang kaya, maka menyekolahkan anak sampai setinggi mungkin hendaknya menjadi tujuan utama yang harus menjadi cita-cita kedua orang tua dan harus ditanamkan pada anak sejak dini sehingga menjadi harapan dan idealisme anak itu sendiri.

Kalau kita termasuk keluarga yang berlatarbelakang ekonomi menengah ke bawah, maka siapkanlah bekal untuk pendidikan anak sejak mereka masih kecil dengan cara menabung sedikit demi sedikit sehingga akan terpenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak kelak saat diperlukan.

Banyak orang muslim yang secara ekonomi mampu menyekolahkan anaknya sampai level tertinggi tapi tidak melakukannya karena dianggap tidak perlu. Atau, karena kurangnya pemahaman anak akan pentingnya pendidikan sehingga mereka sendiri yang menolak untuk menempuh jalur pendidikan yang lebih tinggi.

Untuk tercapainya pendidikan yang setinggi mungkin bagi anak memang diperlukan tiga hal yaitu (a) motivasi orang tua yang terus menerus sejak dini pada anak akan pentingnya pendidikan; (b) dukungan penuh dari orang tua; dan (c) lingkungan luar rumah yang kondusif baik di sekolah maupun teman bergaul.

Teman bergaul (peers) anak akan sangat memengaruhi aspirasi anak ke depan karena pada usia remaja anak lebih suka mendengar nasihat atau lebih suka meniru perilaku temannya dari pada orang tua mereka.  Oleh karena itu mencari lingkungan pergaulan dan lingkungan sekolah yang baik itu sangat penting. Salah satu tempat terbaik untuk pendidikan anak di usia remaja (SLTP SLTA) adalah pondok pesantren karena beberapa faktor:

Pertama, pendidikan pesantren menyediakan pendidikan formal tingkat SLTP dan SLTA dengan jurusan yang sesuai dengan bakat siswa. Sehingga siswa dapat melanjutkan ke perguruan tinggi sesuai dengan bakat dan cita-citanya. Perlu diketahui, bahwa sistem pendidikan formal yang tersedia di pesantren berbeda-beda, karena itu pastikan putra Anda dididik di pesantren yang memiliki pendidikan formal sesuai keinginan.

Kedua, pendidikan agama. Hampir semua pesantren mengajarkan pendidikan agama setidaknya pelajaran membaca Al-Quran dan ilmu fiqih dasar. Dapat membaca Al-Quran dan memahami ilmu syariah dasar adalah wajib bagi setiap muslim. Dengan mengirimkan anak ke pesantren, maka orang tua terbebas dari kewajiban memberi pendidikan agama. Sebaliknya, orang tua berdosa apabila membiarkan anak tidak memahami ilmu agama dasar.

Ketiga,  pendidikan akhlak. Akhlak atau budi pekerti dipelajari di pesantren secara intensif setiap hari. Baik secara teori maupun praktek.  Yakni dalam interaksi keseharian santri bersama para santri yang lain. Suatu hal yang tidak akan didapatkan dalam pendidikan luar pesantren.

Keempat, pendidikan bahasa asing dan kitab kuning. Pada sebagian pesantren bahasa asing seperti bahasa Arab dan Inggris dipelajari secara intensif. Begitu juga kemampuan memahami literatur klasik atau kitab kuning yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu agama tingkat advanced.

Kelima, pada sebagian pesantren life skill atau keterampilan praktis juga dipelajari yang memungkinan seorang anak memiliki kemampuan lebih untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.

Dari sejumlah faktor positif yang disebut di atas, maka mengirimkan anak ke pesantren adalah cara terbaik untuk pendidikan anak pada usia remaja pada level pendidikan SLTP dan SLTA. Suatu kesalahan besar apabila orang tua menitipkan anaknya ke pesantren setelah ada kasus kenakalan remaja itu hanya menunjukkan bahwa orang tua memang tidak punya keinginan melihat anaknya berhasil dan memiliki kepribadian agamis.[]

Rumah Tangga Agamis (4): Prioritas Pendidkan Anak
Kembali ke Atas