Buku A. Fatih Syuhud

Visi, pemikiran dan karya tulis A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Jabir bin Abdillah Ahli Hadits Pecinta Ahlul Bait

jabir bin abdillah

jabir bin abdillahJabir bin Abdillah Ahli Hadits Pecinta Ahlul Bait Pecinta Ahli Bait
Oleh: A. Fatih Syuhud

Jabir bin Abdillah adalah seorang muhaddits (ahli hadits) yang menempati ranking keenam sebagai periwayat hadits terbanyak setelah Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Aisyah binti Abu Bakar, dan Abdullah bin Abbas. Tak kurang dari 1.547 hadits yang telah ia riwayatkan. Tidak hanya sebagai muhaddis, ia juga seorang ahli fiqih dan menjadi mufti Madinah pada zamannya beberapa tahun setelah era Empat Khalifah yang dikenal dengan Khulafaur Rasyidun.

Nama lengkapnya adalah Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram Al-Anshari. Ia lahir di Yatsrib (sekarang dikenal dengan Madinah) 14 tahun sebelum hijrah. Ia berasal dari suku Khazraj dan termasuk dari kalangan keluarga miskin. Nama kuniyahnya Abu Abdillah atau Abu Abdirrahman.[1]

Jabir masuk Islam ketika masih kecil. Itulah sebabnya mengapa ia tidak diijinkan oleh ayahnya ketika hendak berjihad dalam Perang Uhud. Jabir mempunyai tujuh saudara perempuan (sebagian pendapat mengatakan sembilan) dan ayahnya menginginkannya untuk menjaga mereka. Dalam Perang Uhud, Jabir hanya melayani para mujahid yang haus.[2] Ayah Jabir, Abdullah bin Amr, mati syahid di Perang Uhud bersama saudara iparnya, Amr bin Jamuh, keduanya wafat dalam usia hampir 100 tahun. Walaupun tidak bisa ikut berjihad pada Perang Uhud, namun Jabir mengikuti 17 jihad berikutnya.[3] Termasuk Perang Badar[4] dan ikut rombongan Rasulullah pada Fathu Makkah (Penaklukan Makkah) pada 11 Desember 629 Masehi bertepatan dengan 18 Ramadan 8 Hijriah.

Jabir hidup melalui beberapa era pemerintahan Islam yaitu Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Usman, Ali bin Abi Thalib, Husain bin Ali, Ali bin Husain bin Ali, sampai Abdul Malik salah seorang khilafah dari dinasti Umayyah.

Ahli Hadits

Sebagaimana disebut di muka, Jabir adalah ulama ahli hadits yang sangat produktif. Sahabat Nabi yang menjadi ahli hadits umumnya memiliki dua kelebihan yaitu memiliki daya ingat yang kuat dan sering berkumpul bersama Nabi. Itulah yang dilakukan Jabir. Ia selalu berusaha dekat dengan Nabi. Kemanapun Rasulullah pergi ia selalu berusaha menyertai termasuk dalam peperangan.

Salah satu hadits yang berasal dari Jabir adalah peringatan agar tidak mudah mengkafirkan sesama muslim:

عَنْ أَبِي سُفْيَانَ قَالَ : كَانَ جَابِرٌ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، يُجَاوِرُ بِمَكَّةَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ ، وَكُنَّا نَأْتِيهِ فِي مَنْزِلِهِ فِي بَنِي فِهْرٍ فَسَأَلَهُ رَجُلٌ : أَكُنْتُمْ تُسَمُّونَ أَحَدًا مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ مُشْرِكًا ؟ قَالَ : مَعَاذَ اللَّهِ . قَالَ : أَكُنْتُم تُسَمُّونَ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ كَافِرًا ؟ قَالَ : لا

Artinya: Seorang lelaki bertanya pada Jabir, “Apakah engkau akan menyebut ahli kiblat (maksudnya, orang Islam) sebagai musyrik?” Jabir menjawab, “(Tidak) Aku berlindung pada Allah (dari sikap itu).” Laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah engkau akan menyebut ahli kiblat dengan kafir?” Jabir menjawab, “Tidak.”[5]

Hadits lain dari Jabir bin Abdillah yang patut menjadi renungan kita semua adalah hadits berikut:

لَا تَطْلُبُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ، وَتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ، وَتَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ

Artinya: Janganlah kalian belajar ilmu untuk bermegah-megah dengan ulama, atau untuk mengelabui orang bodoh, atau untuk menyombongkan diri di majelis. Barangsiapa melakukan demikian, neraka! Neraka![6]

Pada usia tuanya, ia mengalami kebutaan. Namun, hal itu tidak menghalanginya untuk menyebarkan ilmunya ke berbagai kawasan di Timur Tengah. Setelah wafatnya Rasulullah, ia menyebarkan ilmunya di Masjid Nabawi, Madinah, Mesir, dan Damaskus. Kalangan ulama Tabi’in yang pernah menjadi muridnya antara lain Amr bin Dinar, Mujahid, dan Atho’ bin Abi Rabah.

Pecinta Ahli Bait

Jabir bin Abdillah dikenal sebagai Sahabat Nabi pecinta Ahli Bait. Ketika terjadi konflik internal pertama antara sesama Muslim, ia selalu memihak dan mendukung kelompok keluarga Nabi. Itulah sebabnya pada era Khalifah Ali bin Abi Tholib, ia mendukung Ali dalam Perang Jamal melawan kelompok Aisyah, Perang Sifin antara Ali melawan Muawiyah, dan Perang Nahrawan antara Ali dan kelompok Khawarij.

Jabir bin Abdillah meninggal pada tahun 687 Masehi/78 Hijriah dalam usia 94 tahun dan dimakamkan di Madain, Irak. Menurut suatu pendapat, ia meninggal karena diracun oleh Al-Hajjaj bin Yusuf, seorang Menteri Pertahanan dan Gubernur Irak di era khilafah Umayyah. Menurut versi lain, ia wafat di Madinah dan dishalati oleh Abban bin Usman, penguasa Madinah saat itu.[7] Dan menjadi orang terakhir yang meninggal dari mereka yang mengikuti Baiatul Aqabah Kedua.[8][]

[1] Menurut Ibnul Atsir, nama kuniyah pertama, Abu Abdillah, adalah yang paling sahih. Lihat, Ibnul Atsir, Asad Al-Ghayah fi Makrifat Al-Shohabah, 1/257.

[2] Ini versi Al-Kalbi. Menurut pengakuan Jabir sendiri ia tidak ikut di Perang Uhud maupun Perang Badar. Dalam sebuah hadits Jabir berkata: غزوت مع رسول اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم سبع عشرة غزوة، لم أشهد بدراً ولا أحداً، منعني أبي، فلما قتل يوم أحد، لم أتخلف عن رسول اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم في غزوة قط. Lihat, Ibnul Atsir, ibid.

[3] Sebagian pendapat menyatakan 18 atau 19 peperangan termasuk Perang Badar. Lihat, Abul Faraj Ibnul Jauzi dalam Al-Muntadzam fi Tarikh Al-Muluk wa Al-Umam.

[4] Keikutsertaannya dalam Perang Badar juga masih kontroversi berdasarkan pengakuannya sendiri bahwa tidak ikut Perang Uhud dan Perang Badar karena dilarang oleh ayahnya. Lihat Ibnul Atsir, ibid.

[5] Qasim bin Salam dalam Al-Iman

[6] Khotib Al-Baghdadi, dalam Al-Jamik li Akhlaq Al-Rawi wa Adab Al-Samik.

[7] Abul Faraj, ibid.

[8] Ibnul Atsir, ibid. Ibnul Atsir menjelaskan bahwa Jabir mengikuti Baiah Al-Aqabah Al-Tsaniyah bersama ayahnya saat ia masih kecil.

Jabir bin Abdillah Ahli Hadits Pecinta Ahlul Bait
Kembali ke Atas