Buku A. Fatih Syuhud

Visi, pemikiran dan karya tulis A. Fatih Syuhud Pengasuh PP Al-Khoirot Malang

Cara Santri Mencari Jodoh

Cara Santri Mencari Jodoh. Kecantikan yang hakiki adalah kecantikan perilaku. Dan kecantikan perilaku itu dapat terjadi karena sikapnya sudah menyatu dengan ilmu dan wawasan agama yang dimiliki
Oleh A. Fatih Syuhud

Di Indonesia, santri adalah pribadi yang semestinya paling mewakili akhlak islami. Sebagai muslim yang pernah dididik di pesantren selama 24 jam setiap hari berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun santri pantas mendapat apresiasi tersebut. Dari segi keilmuan agama, santri pastilah individu yang paling mumpuni. Karena, tidak ada lembaga pendidikan Islam manapun di Indonesia yang dapat menandingi pesantren dalam mendidik dan menanamkan berbagai macam keilmuan agama di berbagai bidang studi. Mulai dari membaca Al-Quran, berbahasa Arab Inggris aktif, gramatika bahasa Arab yang dikenal dengan nahwu sharaf, kemampuan membaca kitab kuning atau kitab gundul bagi santri salaf, ilmu fiqih, hadits, tafsir, tasawuf, dan lain-lain. Dan semua itu dipelajari dan dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama. Di Pesantren Al-Khoirot, misalnya, seorang santri dengan kecerdasan rata-rata tapi tekun dapat mencapai semua itu dalam waktu 6 tahun.

Di samping keilmuan agama dan umum serta sejumlah keterampilan,  santri juga dididik untuk berperilaku yang sesuai dengan konsep 3 akhlak yaitu akhlak syariah, nilai universal dan etika lokal yang biasa disebut dengan akhlakul karimah.

Dengan latarbelakang wawasan dan lingkungan seperti itu, tidak mengherankan apabila seorang santri memiliki cara dan kriteria yang berbeda dalam mencari jodoh. Seorang santri ingat betul pada sebuah hadits sahih yang berbunyi, “Pilihlah wanita yang agamis, maka kamu akan beruntung.” Dari hadits ini Rasulullah menjamin bahwa wanita yang memiliki wawasan agama yang baik adalah sosok wanita ideal untuk menjadi pasangan dalam rumah tangga. Begitu juga pria yang perilakunya didominasi oleh agama akan menjadi sosok terbaik sebagai pemimpin dan imam rumah tangga.

Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri madzhab Hanbali, saat hendak menikah mengutus seseorang yang kebetulan adalah salah satu kerabatnya untuk mencarikan wanita yang hendak ia jadikan istri.  Beberapa saat kemudian utusan tadi kembali ke Imam Ahmad dan menceritakan tentang dua wanita yang boleh dipilih. “Wanita yang satu,” kata utusan tadi “adalah perempuan yang sangat cantik, tapi agamanya biasa saja. Sedang wanita kedua berwajah biasa saja tapi agamanya sangat baik.” Imam Ahmad menjawab, “Saya ingin yang agamanya kuat.” Kemudian Imam Ahmad menikah dengan wanita agamis tersebut dan menjelang wafatnya beliau sangat memuji istrinya karena selama 30 tahun berumahtangga ia dan istrinya tidak pernah satu kalipun bertengkar.

Imam Ahmad bin Hanbal memahami betul bahwa kecantikan yang hakiki adalah kecantikan perilaku. Dan kecantikan perilaku itu dapat terjadi karena sikapnya sudah menyatu dengan ilmu dan wawasan agama yang dimilikinya.

Tidak setiap orang dapat menyatukan ilmu agamanya dalam perilaku kesehariannya. Demikian juga tidak semua orang yang tidak berilmu agama berperilaku buruk. Yang dimaksud dengan pribadi yang agamis bukan hanya orang yang berilmu agama saja. Atau berperilaku baik saja tanpa wawasan agama. Atau taat dalam beribadah saja tapi sikap horizontalnya buruk. Pribadi agamis adalah gabungan dari semunya yaitu sosok individu yang berakhlakulkarimah yaitu pribadi yang sangat menyenangkan hati manusia dan Allah sekaligus. Apabila dia adalah sosok pribadi yang taat pada Allah, berwawasan agama luas  tapi tidak menyenangkan orang-orang di sekitarnya alias nyebelin, maka dia bukan pribadi yang agamis. Dia bukan santri yang ideal.

Oleh karena itu, maka diperlukan ketelitian dalam memilih jodoh. Sosok yang agamis, dalam arti berlatarbelakang belakang santri dan cukup lama di pesantren tentu menjadi salah satu kriteria awal yang baik. Tetapi itu belum menjamin dia adalah pribadi yang tidak nyebelin. Itulah perlunya investigasi dengan meminta pendapat orang-orang terdekat. Apabila sosok agamis ideal terpenuhi dan ternyata dia juga memiliki tampilan fisik yang bagus, nasab yang baik, maka itu adalah bonus.[]

Cara Santri Mencari Jodoh
Kembali ke Atas